15.| Menikah adalah Penjara

272 36 21
                                    

London, 2018




Bak magnet dengan kutub berlawanan yg saling menempel, Jimin terus saja mengekori Namjoon yg sedang agak sibuk siang itu di toko bunganya karna ada beberapa pesanan rangkaian bunga untuk sore nanti di ambil. Namjoon tak sekalipun marah meski dia agak sedikit risih karna Jimin yg terus menempel padanya, membuat langkahnya mengambil bunga jadi sedikit terhambat. Tapi Jimin sama sekali tak mengganggu pekerjaannya sama sekali. Bukan tanpa sebab, Jimin terus merendenginya. Ini semua karna sebuah undangan pernikahan yg akan dia hadiri nanti malam. Dan oleh sebab itulah, Jimin datang ke toko Namjoon untuk mengajak sang empunya toko untuk menemaninya. Sayangnya, Namjoon menolak. Dan berakhirlah dengan Jimin yg terus merengek.

"Jimin, gue gak suka dateng ke pesta penikahan." Namjoon akhirnya menghentikan langkah setelah ujung sepatunya menyapa kaki meja cukup keras. Jimin terkesiap. Ikut menghentikan langkah dengan wajah kaget melihat Namjoon yg mengernyit.

Tapi Jimin tetaplah Jimin, yg memiliki seribu satu cara untuk membuat Namjoon tak menolak permintaannya. "Masa tega siih Joon, lo biarin gue pergi sendiri." Mata bulan cantiknya berubah sendu bak anak anjing serta bibir yg terkulum lucu. Ah.. pertahan Namjoon nampaknya akan lebur setelah ini!. "Nikahnya di taman kota Joon. Lo pasti suka."

Namjoon menghela nafas berat. "Mau gue nolak sejuta kali juga lo bakal terus maksa, kan?!"

"Yeaaayyy..." Jimin berjingkat dengan kedua tangan di atas lalu di putar putar. Lalu beralih bergelayut manja di lengan Namjoon yg sedikit berkeringat. Sungguh Jimin tidak peduli akan hal itu.

Berkat kilah yg teman temannya katakan kepada Jimin, datang dengan menggandeng pasangan. Disinilah Namjoon dan Jimin berada, pesta pernikahan Noah teman sefakultas Jimin. "Gue pengen deh konsep nikahan gue kayak gini juga, tapi sore. Ditaman, banyak bunga, ada burungnya, pasti gemes."

Namjoon terkesiap, ia menoleh dan menatap Jimin yg nampak berbinar menyaksikan sepasang pengantin tengah menyalami para tamu tamu undangan. Bahkan tadi, Jimin menatap takjub dan kagum pada konsep pernikahan ini. Apalagi, Jimin tahu ada cerita manis tentang Noah dan Bunga -pasangannya terjalin sejak duduk di bangku sekolah. Bertahun tahun lamanya perjalanan cinta mereka, dan malam ini mereka berakhir di altar suci pernikahan. Seperti sebuah dongeng indah untuk jadi kenyataan pada kehidupan Jimin yg selalu gagal perihal asmara.

"Ah.. atau di pantai! Pasti seru. Ga usah pake sendal, nginjek pasir. Aduuh gemeess. Tapi pasti bokap nyokap gue ga setuju. Mereka bakal nyewa gedung gede di jakarta buat venue pernikahan. Cih." Jimin berdecih pada angan angannya akan sebuah konsep pernikahan. Namjoon tersenyum tipis.

"Mau nikah sama siapa Ji?" Tanya Namjoon. Jimin menoleh, menepuk bahu Namjoon.

"Yaa sama lo lah! Siapa lagi?"

Namjoon malah meringis. Membayangkannya saja tak sanggup meski ia senang melihat wajah Jimin yg tersipu barusan saat berangan. "Kalo gue bilang, gue gak bakalan nikah, gimana?"

Jimin menautkan kedua alisnya bingung. "Maksud lo? Masa sih lo gak bakalan nikah? Seumur hidup gitu?"

"Gue gak percaya pernikahan, Jimin." Ucap Namjoon tersenyum miris.

"Ck! Apa sih isi kepala lo Joon? Lo gak pacaran, gak mau nikah juga. Alesannya kenapa?"

"Gue gak mau pacaran karna kalo gak putus, ya ujung ujungnya nikah. Dan nikah buat gue adalah penjara. Jadi, gue gak mau nikah karna gue gak mau di penjara." Jimin di buat bingung.

"Gimana kalo kasusnya kayak Noah gini? Mereka nikah karna saling mencintai."

"Nah, itu yg gak gue ngerti. Mereka saling cinta, tapi malah menjarain diri mereka dalam ikatan. Bukannya cinta saling membebaskan ya?"

I K I G A I     [ NamMin AU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang