27.| Runtuhnya Cakrawala

241 38 29
                                    

Harusnya sosok Namjoon tersenyum menyapanya dengan ucapan selamat pagi dan kecupan kupu kupu terbubuh di pucuk kepala adalah hal pertama yg Jimin lihat ketika kedua maniknya terjaga. Tapi yg di lihatnya, hanyalah ranjang yg nampak lengang tanpa presensi disana. Jimin bangun sendirian. Atau harusnya perungu Jimin menangkap suara gemericik air dari kamar mandi dalam kamar, tanda Namjoon tengah membersihkan sisa sisa bekas pergumulan semalam. Tapi nyatanya, kamar mandi itu kosong dengan lantai yg masih kering. Atau harusnya presensi Namjoon berada di dapur. Menyiapkan makanan terlezat untuk mereka yg sudah pasti sangat lapar.
Tapi yg di dapatinya hanyalah kosong.

Semua berakhir di kata harus-nya.

Namjoon tidak ada di setiap sudut apartemen Jimin. Jaket yg semalam di sampirkan di sandaran sofapun telah raib. Tidak ada jejak apapun yg lelaki jangkung itu tinggalkan disana selain aroma maskulin alaminya nan teduh seakan pekat bergelung disana. Juga, secarik kertas terlipat berwarna merah jambu tergeletak diatas meja kecil di samping tempat tidur. Mungkin jika mata Jimin tak jeli mencari keberadaan Namjoon, ia tak akan tertarik dengan kertas yg terlihat lusuh di sana. Hanya saja, itu jadi menarik ketika keberadaan yg tak ada membuat hatinya mendadak sesak.

Jimin meraih kertas itu cepat dan membaca apa yg tertulis di dalamnya.




Untuk Jimin,
Kesayangan Namjoon.


Aku bukan orang yg pintar menulis kalimat manis. Tapi ku awali surat ini dengan ucapan terima kasih. Karna aku sadar, cuma kalimat terima kasih itulah yg bisa kulakukan untuk semua rasamu. Mencintaiku, mengasihiku,  menerima segala kekuranganku, dan mengisi hatiku dengan penuh suka.

Ternyata aku masih sama, Jimin. Aku masih Namjoon yg berantakan. Masih Namjoon saat pertama kali kamu datangi di bar malam itu. Bukan Namjoon yg seperti selama ini kamu lihat. Hidupku kacau sekali.

Jauh sebelum kamu hadir dulu dalam kehidupanku, aku pernah jatuh cinta sedalam dalamnya. Percaya akan dongeng mama kalau manusia yg punya batasanpun bisa terbang tanpa sayap menembus langit. Dan yaa, akulah orang itu. Orang yg merasakan betapa indah dunia yg berpadu dengan surga. Mengikutiku kemanapun aku pergi. Kemana mana.

Tapi kemudian aku jatuh terperosok kedalam jurang ketika aku tahu yg percaya manusia bisa terbang, hanyalah aku sendiri. Cuma aku yg percaya cinta. Dia tidak. Dia mencampakkan. Mengganti surgaku menjadi neraka yg sangat menyiksa. Yg mengikutiku kemana mana.

Lalu kamu datang. Kamu datang di saat aku sedang berusaha mati matian menghindar. Dan kamu selalu datang membawa rasa cinta yg teramat tinggi. Meruntuhkan pertahananku sebelum aku sempurna menyembuhkan diri. Aku tak oernah menyalahkanmu untuk itu, Jimin. Hanya saja, aku yg terlalu brengsek.

Rasanya aku menanggung dosa yg teramat besar, Jimin. Bertahun tahun tahun hidup bersamamu, tapi ada sosok lain yg datang dari masa lalu yg belum sepenuhnya pergi dari dalam diriku, kepalaku, pikiranku, hatiku yg kelam. Ini adalah tindak kriminal tersadis untuk kamu. Aku jahat sekali. Aku tahu. Bahkan rasanya, aku tak pantas meminta maaf darimu meski hanya untuk sebuah koma dalam hidupku.

Aku harus pergi, Jimin. Aku harus menyelesaikan diri sendiri ini yg begitu amat kacau dan berantakan tanpa ingin melibatkan kamu lebih jauh lagi. Dulu aku berfikir dengan kehadiranmu, aku dapat menyembuhkan luka dan diri ini dari masa lalu. Nyatanya, aku sadar. Ini hanya akan membuat luka baru untukku, dan kamu sendiri. Aku terlalu brengsek, mengharapkan momen ini akan terjadi. Aku tahu, aku salah. Sangat salah.

Jimin, aku pergi lagi untuk yg kedua kali. Tapi untuk kali ini, jangan tunggu aku lagi seperti kemarin kamu nunggu aku, yaa? Kamu terlalu berharga untuk manusia gagal sepertiku. Kamu cantik, tampan, kamu bersinar seperti rembulan penuh. Sedang aku, adalah batu hasil dari ledakan yg berserak kesegala arah.

I K I G A I     [ NamMin AU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang