26.| Malam Luar biasa

309 34 19
                                    

(Implisit sexual scene)




Jangan tanya seberapa besar cinta yg Jimin miliki untuk Namjoon karena tidak ada bilangan yg mampu menjabarkannya termasuk bilangan tak terhingga sekalipun. Tak ada takaran untuk cintanya. Hanya ada sebesar dunia, seluas samudera, tanpa batas. Dan Namjoon adalah titik untuknya. Yg membatasi cinta hanya untuk dirinya saja. Tidak terbagi, apalagi tersisih. Namjoon seperti titik, yg menghentikan kalimat kalimat Jimin. Sebuah tanda, yg menjadikannya merasa cukup atas apapun. Semesta, yg akan terus Jimin jelajah tanpa ingin membatasi waktu.

Dulu Jimin bak suaka kosong yg tidak pernah merasa puas hanya dengan satu lelaki. Mencari isi agar memenuhi kekosongannya akan sebuah distraksi pelepas depresi. Bergonta ganti pasangan di atas ranjang adalah solusi menurutnya tanpa perlu melibatkan perasaan. Untuk Namjoon, ia rela jatuh hanya pada satu orang hingga bertahun tahun lamanya.

Meski kerap di gantung tanpa kepastian, namun kepercayaan diri Jimin terhadap Namjoon begitu kental. Sekali lagi, Jimin bertegas bahwa ia tak akan mampu hidup dalam tekanan tanpa Namjoon di sisinya.

Bahkan Namjoon belum menutup kembali pintu kamar mandi, tapi Jimin sudah terlanjur menghambur. Memburu bibir yang rasanya lebih lezat dibandingkan kudapan apa pun yang pernah dicicipinya. Menunggu Namjoon mandi terasa lama sekali ketika hasratnya sudah membuncah. Jadi sedetik setelah lelaki itu menyembul dari balik pintu kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit pinggang, Jimin tak membuang waktu.

Jimin mencium Namjoon seperti seorang yang tengah kelaparan. Dan Namjoon dengan sukarela menjadi santapan. Balas mencium Jimin dengan sama buasnya.

Pasokan oksigen berkurang, tautan bibir keduanya sejenak terurai. Jimin menatap Namjoon sekilas dari balik penglihatannya yg sayu. Tanpa kata, Jimin kembali mendekat. Kali ini jenjang leher Namjoon yg jadi buruannya. Dihujaninya bagian paling sensitif Namjoon dengan puluhan kecup mesra yang perlahan turun menuju dada. Dan Jimin semakin merunduk demi menjelajahi seluruh otot perut Namjoon yang berpetak.

Kepalanya sejajar dengan milik Namjoon yang sudah menegang di balik handuk. Jimin mendongak, memasang tatapan nanar bak anak anjing yang takkan siapa pun mampu menolak keinginannya. "Namjoon, boleh gak?"

Namjoon mengangguk. Melepaskan satu-satunya kain yang melekat di tubuhnya itu jatuh ke lantai. Menampilkan miliknya yang mengacung sempurna tepat di hadapan wajah Jimin. Jimin kini sudah berlutut di hadapan. menatapi milik Namjoon dengan pandangan lapar yang begitu mendamba. Mulutnya membulat dan hendak merapat ke sana. Tapi tiba-tiba Jimin teringat hal yg membuatnya kembali berdiri menuju nakas di sebelah tempat tidurnya.

"Kenapa, Ji?" Ucap Namjoon bertanya tanya.

"Ambil kondom." Jawab Jimin menoreh wajah menatap Namjoon.

"Gak usah." ujar Namjoon. Membut Jimin mengkerutkan alis dengan kepala miring. Ia sebenarnya tidak terlalu suka jika miliknya dikulum seseorang, termasuk Jimin. Tapi Jimin menyukainya dan beberapa kali meminta. Dan Namjoon tak sampai hati jika harus terus menerus menolak keinginan Jimin. Maka dari itu ia sedikit berkompromi dan mengizinkan Jimin melakukannya dengan syarat miliknya harus selalu terbungkus pengaman. Tapi kali ini, ia ingin Jimin melakukan apapun yg dia inginkan. "Gak usah pake kondom."

Jimin menarik bibir mengulas senyum. Maka dengan lekas ia kembali berlutut di hadapan Namjoon bersejajar dengan kemaluan yg masih tegak mengacung di depan hidungnya. Tentu ia tak ingin melewatkan kesempatan pergumulan tanpa kondom ini, mengingat Namjoon adalah orang yg menjaga keamanan selama ini. Dan ini adalah kali kedua mereka akan melakukannya tanpa kondom.

"Ngghhhh...Ji..." Namjoon menggeram rendah seraya mencengkram bahu Jimin kuat ketika lelaki mungil itu memasukan miliknya hingga dalam. Ia tidak bisa memungkiri bahwa itu membuatnya nikmat, meski tetap saja kegiatan tersebut selalu menggelikan di dalam benaknya.

Jimin mengulum milik Namjoon dengan rakus. Dan ia merasa begitu puas ketika matanya mendongak lalu menangkap ekspresi Namjoon yang kacau. Lelaki itu berkali-kali mendesah frustasi dan di telinga Jimin itu terdengar merdu sekali.

Namjoon mendorong Jimin untuk membebaskan miliknya. Ia menarik Jimin agar kembali berdiri. Lelaki yang lebih jangkung itu merengkuh tubuh Jimin dan menciumi bahu Jimin yang sedikit terbuka akibat handuk kimononya yang sudah berantakan. Membaui aroma sabun yang tadi diulaskannya sendiri pada tubuh itu. Dan Namjoon semakin terperosok jauh.

Jimin tak tinggal diam. Menenggelamkan diri pada leher Namjoon, ia jilati bagian tersebut seraya membisikan puja dan puji untuk Namjoon bahwa ia lelaki terbaik dan terhebat yang pernah ada.

Mereka berdua bergerak tak sabaran menuju ranjang. Beberapa kali tak sengaja kaki mereka saling menginjak satu sama lain, namun hal itu tak sedikitpun dihiraukan.

Namjoon baru saja akan mendorong Jimin untuk berbaring, ketika pemuda itu menahan lengan kekar Namjoon dan kembali memasang jurus memelasnya.

"Namjoon, aku mau cobain di atas. Boleh gak?"

Karena malam ini didedikasikan seutuhnya untuk Jimin, maka Namjoon takkan menolak apa pun yang lelaki itu minta. Termasuk membiarkan Jimin menguasainya dari atas. Ia menarik Jimin kembali dan berganti dirinya yang berbaring sedang Jimin duduk di atasnya.

Jimin melucuti handuk kimononya serampangan. Melemparnya asal hingga jatuh di lantai. Dan sekarang keduanya sudah sama-sama telanjang.

Jimin menjulurkan tangan mengambil pelumas. Ia mempersiapkan bagian bawahnya sendiri untuk sedia dipenuhi Namjoon. Dan Jimin yang sedang melakukan itu membuat Namjoon kian memanas. Kepalanya makin pening dan rasanya ia ingin segera merangsek ke dalam Jimin.

Setelah merasa siap, Jimin bergerak naik dan mencari posisi ternyaman untuk melakukan penetrasi. Milik Namjoon perlahan masuk dan Jimin merintih pelan karena rasanya tetap sakit meskipun telah berulang kali kegiatan itu dilakukannya.

"Namjoon kamu diem aja ya, biar aku yang gerak."

Namjoon mengangguk pelan. Membiarkan Jimin berusaha sendirian sementara dirinya mengagumi keindahan Jimin dari bawah. Jimin yang cantik bahkan ketika ia dalam kondisi berantakan. Jimin yang tubuhnya berkilau digelayuti peluh pertanda ia berusaha begitu keras. Belum lama ia mandi dan sekarang ia sudah bekeringan kembali. Jimin yang lucu ketika bergerak naik turun sembari mengerang keenakan. Dan di sela erangannya, ia tak henti merapal nama Namjoon. Kim Namjoon. Kim Namjoon. Kim Namjoon yang tampan.

"Ji..."

"Ngghhh..."

Namjoon tak kuasa melihat Jimin kepayahan di atas sana meskipun kenyataannya Jimin begitu menikmatinya. Ia meraih bahu Jimin dan membalikan posisi mereka. Jimin sedikit terkejut dengan perlakuan Namjoon, tapi itu tidak berlangsung lama karena ia segera dihadiahi ciuman mesra. Dan sekarang giliran Namjoon yang bekerja. Menggerakan dirinya di dalam Jimin hingga menyentuh titik itu, yang pada akhirnya membawa mereka sampai bersama-sama.

Namjoon terkulai di samping Jimin dengan napas tersengal. Pun dengan Jimin. Kedua mata mereka saling mencari untuk kemudian saling bersitatap.

Jimin menyentuh wajah Namjoon lembut. "Namjoon makasih. Yang barusan luar biasa sekali."

Namjoon tersenyum. Meraih tangan Jimin yang masih bertengger di wajahnya untuk ia kecup begitu mesra.

"Kamu yang luar biasa, Ji."

Seperti titik, Namjoon menggenapi kalimatnya. Sedang Jimin, serupa kalimat kalimat puitis dalam bait yg akan selalu terangkai. Jimin harus tetap bersajak, meski tak ada Namjoon di sisinya.

Jimin harus tetap bahagia, meski kelak ikigai nya bukanlah lagi seorang Namjoon.




.
.
.
.
.





-TBC-










Hallo..
Apa kabar??
:D

Maaf yaa akhir² ini suka telat up
Maklum yaa, author tuh pengangguran yg banyak jadual
Sehari aja bisa ada 2 sampe 3 kali meeting sama kasur

Mohon di maklum yaa yorobun 🙏

Wkrkwkwk..

Aku cinta kalyan lah pokoknya :*

I K I G A I     [ NamMin AU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang