33.| Satu kesatuan yg utuh

295 40 21
                                    

Disclaimer;
Awas baper :)



Jimin tidak tahu bahwa ternyata penampilannya cukup menarik perhatian para penumpang yg mengantri turun satu persatu dari gerbong kereta yg baru saja berhenti di stasiun terakhir Bekasi kota. Tentu saja, ia terlalu rapih hanya untuk naik kereta. Kendati ia sudah melepas jasnya, ia tetap saja terlihat seperti seorang pengantin yg tersesat di sana. Di tengah perjalanannya, ia mencoba menelpon Taehyung dan menanyakan keberadaan Namjoon. Jimin merasa, ia tak bisa hanya diam mengikuti Seokjin yg menyuruhnya untuk pergi ke rumah Taehyung lebih dulu sedang ia sendiri sedang berjudi mempertaruhkan hidup dan bahagianya. Jadi dengan memaksa, Jimin membuat Taehyung bicara keberadaan Namjoon di kota Bandung lalu mengubah tujuan mobil sedan hitam itu berhenti di stasiun Bekasi kota.

Jimin mengangkat bahu, tak seberapa peduli dengan orang orang yg menatapnya dengan berbagai macam tatapan dan bisik bisik yg berdengung di pendengarannya. Yg lebih penting sekarang hanyalah, setelah ini ia mau kemana dan harus apa? Oh astaga, Jimin benar benar pengantin yg tersesat sekarang.

Jimin mengusak rambutnya kasar. Diantara orang orang yg berhamburan dengan segala aktifitas disana, ia nampak kebingungan. Seharusnya Jimin sudah cukup dewasa menangani ini semua. seperti mengantri di loket, membeli tiket kereta jurusan Bandung lalu bertemu dengannya. Sayangnya tak semudah itu. Bahkan Jimin saja tidak tahu harus membeli tiket dimana dan bagaimana caranya sebab ia tak pernah naik kereta. Akhirnya, Jimin merogoh saku celana dan mengeluarkan gawai yg sedari tadi bergetar menampilkan macam macam nama utamanya adalah sang papa. Biarlah. Setidaknya, ia masih bisa berfikir untuk memesan tiket via online juga mereservasi hotel untuk dirinya bermalam.

Hingga matanya menangkap nama Namjoon pada layar ponselnya dan menghentikan kegiatan jari mengusap layar membuka aplikasi reservasi. Ia hampir tak percaya dan mengira bahwa ia salah baca, atau sedang berhalusinasi atau memang Jimin sudah gila sebab kepalanya yg terlalu pening dengan sensasi sedikit berkunang. Ia memejamkan mata sesaat untuk kemudian membukanya secara perlahan. Membaca ulang apa yg ada di layar ponselnya dan itu memang benar Namjoon dalam sebuah panggilan.

"Namjoon!" Pekiknya yg tak lagi bisa menahan rasa membuncah dalam dadanya.

"Ji- Jimin. Aku gak nyangka kamu angkat telpon aku-"

"Kamu dimana?" Jimin menyela ucapan Namjoon sebab ia tak dapat lagi menunggu.

".. di- stasiun. Tapi bukannya kamu akan menikah hari ini? Selamat ya."

Jimin mengepal tangan. "Kamu di stasiun mana?"

"Bekasi."

Mata Jimin membulat dengan sensasi panas yg menjalar hingga tiba tiba saja penglihatannya mengabur sebab air mata berkumpul di kelopak. Sontak lehernya memaling kekanan kekiri, mencari sosok sang pujaan tanpa menghentikan dengung di seberang panggilan.

"Disebelah mana? Aku juga di sini."

"Apa?"

"Namjoon, kamu dimana? Aku kabur dari pernikahan, Namjoon. Aku kesini mau nyusulin kamu di Bandung. Please, Namjoon jangan pergi lagi."

"Sayang, jangan kemana mana. Aku baru turun dari kereta. Biar aku cari kamu. Jangan bergerak sedikitpun. Oke?"

"Iya, Namjoon. I love you."

"Aku tau. I love you, too."

Jimin tahu ada milyaran manusia yg hidup di muka bumi, dan ia tak perlu bertemu dengan keseluruhan makhluk ciptaan Tuhan yg mungkin jumlahnya melebihi milyaran hanya untuk tahu bahwa Namjoon adalah manusia yg tepat untuk ia menjatuhkan cintanya. Namjoon seperti keadaan baik untuknya yg tidak akan pernah ia bisa lewatkan. Ia berharga melebihi apapun yg ada di dunianya dan sebab itulah Jimin rela menukar segala yg ia miliki untuk sebuah tujuan hidup.

I K I G A I     [ NamMin AU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang