19.| Dunia dan seleruh isinya

219 40 1
                                    

Malam semakin larut ketika Jimin masih saja termenung di teras menunggu si kesayangan pulang. Banyak pikiran yg berlalu lalang di kepalanya tentang hal hal yg baru saja ia alami hari ini seperti papanya yg mengirimi pesan pengingat tentang undangan acara keluarga Seokjin yg akan di laksanakan besok, dimana dirinya harus hadir karna permintaan ibu Seokjin dengan harapan tinggi, saat ia menjenguk di rumah sakit. Bukan hanya sekedar mengingatkan, bahkan papa tak patah arang mengingatkannya juga untuk tidak terus bersama Namjoon dan memilih Seokjin. Masih dengan alasan yg sama.

Jimin tak gentar. Tentu ia mengelak dan akan tetap memilih Namjoon sampai akhir. Mematahkan pepatah yg sudah di bawa papanya bahwa cinta hadir karna terbiasa. Terbukti sudah dua tahun lebih Jimin kembali ke jakarta dengan segudang rutinitas, membiasakan diri dengan hiruk pikuknya ibu kota serta kemacetannya. Dan kebiasaan itu tak membuatnya cinta dengan apa yg telah ia jalani dan ia lakukan. Well, pemikiran cerdas sebenarnya. Tapi tak salah juga jika papa mengatakan itu padanya. Namjoon ada dekat dengannya dan ada dalam hubungan ini, karena Jimin yg terus mendekati Namjoon yg dimana itu menjadi sebuah kebiasaan untuk Jimin. Menumbuhkan benih cinta selain ketertarikan semata.

Tapi Jimin enggan, ia tak ingin Namjoon tergantikan dalam hatinya. Yg Jimin mau hanya Namjoon. Cukup Namjoon.

Sampai Jimin terkesiap ketika mama Namjoon datang menepuk bahunya pelan. Membuatnya tergugu menyapa mama Namjoon yg tiba tiba duduk di sebelahnya. "Sudah jam sepuluh lebih Jimin, kenapa masih disini?" Tutur lembut mama.

"Nunggu Namjoon pulang ma. Kalo di dalem, Jimin takut ketiduran."

Senyum mama mengembang lebar. Dalam hati tentu merasa bersyukur Namjoon mendapati pengganti seperti Jimin yg begitu perhatian dan manis. Hati seorang ibu tentu mengerti, hanya saja ada sedikit khawatir yg menganggunya tentang keadaan Jimin yg sudah di jodohkan. Sudah tidak ada waktu bagi Namjoon mengulur Jimin lebih lama lagi. "Jimin, boleh mama tanya sesuatu?"

"Boleh ma. Mama mau tanya apa?" Jawab Jimin tanpa ragu dengan penawaran.

"Mungkin agak sedikit sensitif. Kalapun kamu gak mau jawab, gak papa, nak." Mama Namjoon mengais tangan Jimin yg sedikit dingin dalam pangkuan. Jimin memgangguk tanda mengerti. "Soal hubungan kamu sama Namjoon. Apa kalian pernah bahas hubungan ini? Maksud mama apa kalian pernah bahas pemikiran tentang menikah dan bekerluarga?—

Jimin jangan salah sangka ya, nak. Mama gak maksud buat nuntut kalian. Mama murni hanya ingin tahu soal kalian berdua."

Jimin menghembuskan nafas, agak bingung mau menjelaskan ke mama Namjoon bagaimana meski Jimin yakin bahwa mama pasti mengerti. "Ma, kita udah sering ngebahas hubungan kita kedepan. Kadang Jimin  suka bercandain Namjoon buat nikah. Tapi Jimin tahu, kalo Namjoon gak percaya sama pernikahan. Dan Jimin menghormati itu. Jimin gak mau nuntut Namjoon banyak, ma. Asal Namjoon gak kemana mana, sama Jimin. Jimin udah ngerasa cukup."

Genggaman tangan Mama semakin erat kepada Jimin. "Jimin nyaman dengan hubungan seperti itu?" Kembali terdiam, Jimin menurunkan pandangan. "Mama cuma ingin tahu perasaan kamu menjalani hubungan begini sama anak mama."

"Di bilang nyaman, ya memang. Tapi terkadang, ada perasaan dimana Jimin juga maunya lebih dari begini. Berpikir nikah, jadi suami Namjoon, bekerluarga, punya anak dan bahagia. Mama tau kan, sampe sekarang papa masih bersikeras jodohin aku sama orang. Sedang aku gak bisa terus terusan kabur. Mungkin kalo aku nikah sama Namjoon, aku bisa ngadepin papa dengan lebih kuat dan berani." Jimin tersenyum tipis. Dan di menit kemudian dia sadar dari rasa kalutnya. "Maaf ya ma, Jimin jadi curhat ke mama. Mama jangan bilang bilang Namjoon ya. Jimin gak mau Namjoon kepikiran."

Hati mama Namjoon mencelos. Bagaimana Jimin begitu memikirkan dan menghormati Namjoon yg telah menggantungnya sekian lama. "Namjoon pernah cerita gak ke kamu, kenapa dia gak mau menikah?" Jimin menggeleng. "Namjoon bukan cuma gak percaya pernikahan Jimin, Namjoon juga takut. Karna banyak pernikahan yg berakhir gak baik ada di sekitaran Namjoon seperti mama dan almarhum papanya Namjoon."

I K I G A I     [ NamMin AU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang