25.| Langkah benar atau salah?

205 32 4
                                    

Tunai sudah ucapan Namjoon tadi akan menggendong Jimin ketika kaki Jimin mulai merasa lelah. Di belakang punggung lebar itu, Jimin menyamankan eratannya dengan kedua paha yg berada dalam tangkup tangan Namjoon. Kepalanya mendusal, menyamankan diri di pundak lelaki jangkung yg terus membawa beban tubuhnya tanpa rengek sedikitpun. Tak mengindahkan tatapan orang yg berpapas akan kegemasan yg di hadirkan oleh keduanya dalam posisi ini.

Sejujurnya, sedari tadi Jimin merengek minta di turunkan sebab sadar diri bahwa bobot tubuhnya tak sebanding beras dalam satu karung. Namun rasanya percuma, sebab Namjoon tak juga menurunkannya. lagi Jiminpun sudah terlanjur nyaman berada di sana. Biarlah Jimin menikmatinya, dan berjanji dalam hati sesampainya di apartemen ia akan memijat Namjoon. Ya, Namjoon yg minta pulang ke apartemen malam ini. Alasan sederhananya adalah jarak rumahnya terlalu jauh, sedang punggung Namjoon tak akan sekuat itu untuk menempuh jarak dengan beban berat tubuh Jimin di punggungnya. Tentu ide ini disambut girang oleh Jimin, dimana ia tak lagi perlu cagung merintih, memohon, dan mendesah memuja Namjoon jika Namjoon mau di ajak bersetubuh olehnya tanpa harus memikirkan mama Namjoon. Hehe.

Sekitar tigapuluh menit, mendaratlah tubuh Jimin dengan lembut di atas sofa. Disusul dengan tubuh Namjoon dengan peluh bercucur di sekitaran kening hingga pelipis. Tanpa diminta, Jimin merogoh saku dalam jas dan mengeluarkan sepucuk sapu tangan untuk mengusak peluh kecintaannya. Dan sebuah kecupan singkat tak lupa di bubuhkan Jimin di tempat lesung pipi Namjoon tercipta. Namjoon nampak begitu sexy dengan keringat.

"Capek ya?" Tanya Jimin yg bukanlah sebuah basa basi.

"Enggak. Tapi kalo pulang sampe ke rumah ya capek." Jawab Namjoon. Jimin menarik tubuh Namjoon untuk di putar hingga punggnya menghadap wajah Jimin. Dengan jari jari yg tak lihai, Jimin memijatnya perlahan. "Gak perlu, Ji. Gue gak capek." Namjoon menahannya dan segera kembali menghadap Jimin.

"Tapi gue kan berat, Joon!" Namjoon hanya menampilkan seringai tipis. "Btw, makasih ya Joon. Hari ini lagi lagi gue dapet momen main skateboard di taman sama Makan angkringan."

Begitulah kiranya tadi selepas mereka keluar dari kantor Jimin. Langkah kaki mereka memvawa ke taman kota dimana disana banyak anak remaja bermain banyak hal yg salah satunya membuat Jimin terpukau adalah skateboard. Lama sekali ia tak lagi memainkan permainan itu meskipun sekitar usia tujuh tahun, ia pernah bermimpi menjadi seorang skater. Lalu ide kepercayaan dirinya muncul dengan meminjam salah satu board milik remaja dan berseluncur di undakan. Siapa sangka, tubuhnya sudah tak selentur dulu. Hasilnya, ia tergelincir dan terpelanting. Untung saja Namjoon sigap dengan menahan tubuhnya yg jatuh tak aestethic sampai tak menyentuh aspal.

Lalu, sekitar pukul tujuh. Namjoon mengajaknya makan di tenda pinggir jalan yg biasa di sebut dengan angkringan. Tentu saja Jimin senangnya bukan main. Beberapa kali saat Jimin menjemputnya di stasiun, ia melihat warung serupa dan secara tak sengaja mendengar beberapa orang yg memesan nasi kucing. Dalam pikirannya, nasi kucing yg disebut itu adalah nasi dengan lauk makanan kucing. Agak jijik sebenarnya membayangkan itu, hingga Jimin merubah presepsinya dimana nasi kucing itu adalah nasi yg dimakan bersama kucing. Nyatanya, nasi kucing adalah nasi yg di sajikan dengan takaran makan kucing.

"Mandi duluan gih!" Titah Namjoon yg langsung di angguki oleh Jimin. Beberpa menit setelah perintah di lontar, Jimin bergegas bangkit menuju kamar mandi.

Bunyi gedebug pintu menandakan si lelaki mungil masuk kedalam bilik air. Sedang Namjoon berada di tempat yg sama. Sebelah tangannya merogoh kantong jaket dimana ia menyimpan secarik kertas yg berisi tulisan tangannya tadi, saat ia berada di ruangan Jimin. Di tatapnya nanar kertas itu sambil menggigit bibir bawahnya gemetar. Untuk sejenak ia tertegun. Entah ini akan menjadi langkah yg benar atau salah. Ia semakin merasa abu. Tapi semakin ia mengulur waktu, maka semakin pekat pula hubungannya dengan Jimin dan itu akan menjadi sulit bukan hanya untuknya. Tetapi juga untuk Jimin.

I K I G A I     [ NamMin AU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang