CUMA TEMAN, istilah yang sering digunakan untuk menghindar.
~Muhammad Abhizar Albirru~
"Tapi ...."
"Ayolah Diba ... udah lama kita ga ketemu."
Terdengar Diba menghembuskan nafas pasrah, "Iya-iya, nanti gue coba izin ke suami gue ya."
"Ciee yang udah nikah, dulu waktu kecil mainnya sama temen cowok mulu. Sekarang, nikah udah bisa dandan buat suami belum?" ejeknya di seberang sana membuat Diba mendengkus kesal.
"Apaan sih Za, ga jadi pergi!"
"Eh-eh, jangan gitu dong. Iya-iya gue minta maaf, jangan ngambek ya?" Diba hanya terkekeh kecil. Masih saja sama seperti dulu, Reza, cowok itu yang selalu menemaninya baik suka maupun duka. Yang selalu menghiburnya saat sedang ada masalah keluarga. Yang selalu setia menjadi tempat Diba curhat, bahkan tempat Diba pulang saat sedang diusir dari rumah.
"Dimaafin kalau dibeliin permen kapas."
"Iya Cantik ... ntar gue beliin, kalau perlu sepabriknya juga gue jabanin. Tapi beneran dimaafin kan ini?"
Diba tertawa mendengar itu, "Emang lo mampu beli pabriknya?" tanya Diba mengejek.
"Nyicil, hehe." Diba menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah 'tak habis pikir dengan teman satu-satunya ini. Selalu bisa saja membuatnya tertawa, bahkan hingga Diba melupakan masalah hidupnya.
"Ada-ada aja lo, manusia kayak lo itu kayaknya langka deh Za,"
"Yaiyalah, Reza kan limited edision."
"Hadeh ... udahlah, terserah lo. Capek gue,"
"Haha, oh gue tutup dulu ya, dipanggil Mama soalnya. Jangan lupa izin ke suami lo buat keluar jalan sama gue, kalau udah nanti kabarin, gue jemput."
"Siap Tuan!" hanya terdengar kekehan manis di seberang sana, lalu telepon itupun tertutup.
"Masih aja kayak dulu, emang ga pernah berubah lo Za," gumam Diba dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Brak!
Diba tersentak kaget saat tiba-tiba Izar datang dengan mendobrak pintu kamar. Apalagi, tidak mengucap salam. Bikin jantung Diba ingin keluar dari tempatnya.
"Astagfirullahalazim, Diba kaget Gus." Ya, kini Diba sudah bisa mulai mengatur bicaranya, karena ... daripada lihat Izar marah cuma gara-gara disebut Mas, mending juga diturutin Gus aja.
Perlahan langkahnya mulai mendekati Diba, menatap lekat wajah cantik milik istrinya itu dengan tatapan tajam. Sedangkan Diba hanya bisa memundurkan wajahnya saat wajah Izar semakin mendekat ke arahnya.
"G-Gus? Ngapain?" tanya Diba gugup.
"Teleponan sama siapa?" tanya Izar dingin yang membuat Diba susah payah untuk menelan salivanya.
"Te-teman,"
"Teman? Seakrab itu? Apalagi, suaranya tadi suara cowok." Ucap Izar membuat tubuh Diba semakin gemetar. Selama ini, ia hanya selalu akrab dengan satu cowok. Yaitu Reza, akrab juga dengan teman-teman Reza, tapi ... 'tak seakrab dengan Reza sendiri.
Jika sudah bicara dengan cowok selain Reza, Diba selalu takut. Terkecuali jika cowok itu tidak bermacam-macam, terutama pernah membentakkanya.
"Dia cuma temen aku Gus, ga lebih kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Dia! [END]
Teen FictionCerita ini adalah lanjutan dari Salat Tarawih, jika mau lebih jelas, bisa baca Salat Tarawih dulu ^^ Muhammad Abhizar Albirru, seorang gus kelas dua belas, menyukai santriwati yang berstatus sebagai adik kelasnya. Tapi, masih di usianya yang menginj...