9. Diba Benci Gus Izar!

252 18 0
                                    

Semuanya sudah kamu ambil! Apa masih ada kebahagiaan kecil yang terselip dalam diriku yang ingin kamu ambil lagi?

~Adiba Khanza Ranisa~

⚠️Kekerasan!⚠️

"Farell ... ya ampun, muka lo jelek banget sih." Diba menatap Farell dengan tatapan miris. Bagaimana tidak, mukanya yang dulu bersih, sekarang ternodai dengan memar dan bekas luka seperti sayatan. Sepertinya sewaktu pengeroyokan ada salah satu anggota Felix yang membawa pisau. Dan entah sengaja atau tidak, pisau itu tergores di wajah Farell.

"Adiba?" Diba mengangguk. "wih, gue kira lo hilang ditelen bumi."

Diba mengerucutkan bibirnya, "Mana ada, kata Kak Ros Upin Ipin kan yang hilang ditelen bumi itu anak-anak nakal. Gue selaku anak baik, tidak akan ditelan bumi."

"Lo kan titisan dakjal," Diba mengubah ekspresinya menjadi datar. Ada apa sih dengan teman-temannya ini? Ralat, maksudnya, keluarganya ini? Tidakkah ada salah satu yang waras?

"Astagfirullah ... mulutnya lemes banget ya Mas. Udah baik-baik gue ke sini jenguk lo, kirain tadi udah mati, eh malah masih hidup. Udah hidup, beban dunia lagi."

"Habis dari pesantren, bukannya tambah alim malah tambah sesad. Lo berbulan-bulan di sana ngapain aja?"

"Bangun, makan, tidur. Bangun, makan, tidur. Bangun lagi, makan lagi, tidur lagi. Oh hari-hari yang sangat melelahkan, sepertinya gue butuh istirahat."

"Sialan." Semuanya tertawa, kecuali Farell, lelaki itu sepertinya masih kesal dengan tingkah laku Diba.

"Bercanda-bercanda Ya Allah, baperan amat."

"Hm."

"Kalau tipe-tipe kayak Farell gini, takutnya pas gue godain malah baper trus jungkir balik. Kan kasian tangannya belum sembuh udah patah lagi."

"Enggak Dib, bukan tangannya yang patah, tapi hatinya. Lo kan buaya betina yang hobinya ngeghosting." Bukannya marah, Diba malah tertawa menanggapi ucapan Darren yang suka bener itu.

Bagaimana tidak, anggota Felix aja pernah Diba ghosting. Padahal sudah tau kalau itu musuh. Dan adik kelas juga pernah Diba ghosting. Dulu, ada adik kelas yang menyukai Diba, katanya karena Diba itu cantik, pintar, dan dingin. Itu tipenya.

Diba hanya menanggapinya dengan cuek. Tapi semakin lama adik kelasnya itu semakin mengusik kehidupan Diba. Memberi Diba coklat, surat-surat cinta yang menurut Diba itu semua alay. Dan parahnya, semua kata-katanya copas dari google. Capek ....

Kata Reza, Diba harus meyakinkan adik kelasnya itu, agar dia semakin berharap pada Diba. Dan akhirnya Diba harus lepaskan secara tiba-tiba agar seperti surprise dan lebih berkesan. Itu juga akan menjadi kenangan bagi dia. Toh, akhirnya Diba hanya menurut dan berujung kecanduan.

"Yang ajarin Reza, salahin Reza dong." Semua menatap ke arah Reza, terutama Darren dan Yesa yang menatap ke arah Reza dengan senyuman mengejek.

Tetapi detik kemudian senyuman kedua luntur saat Reza menatapnya balik dengan tatapan tajam. "Apa lo?" keduanya menggeleng. Seketika, nyalinya menciut.

"Yakan Rell?"

"Terserah lah, capek gue sama lo."

"Tuh kan, tuh kan, baper." Farell langsung menunjukkan senyum lebarnya yang terpaksa. Membuat semuanya kembali tertawa. Yesa beranjak dari duduknya, berjalan menuju bangkar Farell. Menepuk pundak lelaki itu, "sabar ya, emang tertekan banget kalau sama Adiba mah."

Kamu Bukan Dia! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang