2. Masa Silam

251 18 8
                                    

Jangan pernah menyalahkan seseorang hanya dengan mengungkit masa lalunya. Apa kamu tau, betapa sulitnya orang itu bangkit untuk memperbaiki masa depan?

~Adiba Khanza Ranisa~

"Mas Izar ...." Teriak Diba seraya mengejar Izar yang sudah keluar dari Ndalem.

Izar berdecak kesal, lalu memutar tubuhnya dan menatap tajam ke arah Diba. "Berhenti panggil gue dengan sebutan Mas abal-abal lo itu," peringat Izar dengan nada dingin tapi terkesan menakutkan. Bahkan refleks membuat Diba gemetar.

"I-ini, buku fikih Mas ketinggalan." Izar menagap ke arah tangan Diba yang memegang kitab fiqihnya.

Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah, Tuhannya.

Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Fikih membahas tentang cara beribadah dan muamalah, sesuai yang tersurat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat empat mazhab dari Sunni yang mempelajari tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih. Sebagian ahli fikih membagi empat pembahasan utama, yakni; rubu' ibadat, rubu' mu'amalat, ru'bu munakahat, dan ru'bu djinajat. Namun sebagian ahli fikih lainnya membagi pembahasan fikih pada dua aspek saja, yaitu ru'bu ibadat dan ru'bu mu'amalat.

"Berhenti panggil gue dengan sebutan Mas!" sentak Izar membuat Diba menunduk takut.

"I-iya, maaf. Trus Diba panggilnya apa?" tanyanya polos.

"Gus." Jawab Izar dengan singkat seraya mengambil kasar kitabnya dari tangan Diba. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia pergi dari hadapan Diba.

"Gus? Apa itu Gus? Perasaan nama Mas Izar ga ada kata Gusnya," gumam Diba yang masih 'tak mengerti dengan ucapan Izar.

"Diba ... ayo, Abi antar ke kelas, keburu telat."

"Ah, iya Bi ...."

🦋🦋🦋🦋

"Diba, kamu cantik banget ...." Puji Aisyah seraya menatap rinci setiap detail di wajah Adiba.

Diba hanya tersenyum tipis, "Biasa aja, cantikkan juga kamu."

Aisyah memalingkan wajahnya, menghempaskan tangannya malu. "Ah, kamu bisa aja. Oh iya, kamu siapanya Gus? Tadi aku ga sengaja lihat kamu bicara akrab banget sama Gus. Kamu juga tidur di Ndalem, biasanya, meskipun santri baru, tidurnya kan di asrama. Eh, tapi maaf kalau aku lancang tanya-tanya hehe."

Diba hanya tersenyum manis. Akrab? Haha, disebut akrabkah jika nada bicaranya meninggi seperti itu? batin Diba.

"Aku is-"

"Adik gue Syah," potong Izar saat membuat Diba menunduk.

Mendengar suara Izar, Aisyah membalikkan tubuhnya. "Eh, Gus. Sejak kapan Gus punya adik? Bukannya Gus bungsu?"

"Adik susuan," jawabnya membuat Aisyah ber'oh' ria.

"Diba, ikut gue," ucap Izar seraya mengandeng paksa tangan Diba. Sedangkan Diba hanya bisa terdiam menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.

Kamu Bukan Dia! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang