Baru saja Reza memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit. Diba langsung bergegas turun dan berlari menuju dalam rumah sakit. Namun langkahnya terhenti saat Reza memanggilnya.
Diba berdecak, dengan kesal ia berbalik dan mengangkat sedikit kepalanya, bertanya 'apa' apa Reza.
"Helm lo," Diba melirik ke atas. Sialan sekali, sangking paniknya ia sampai lupa melepas helm.
Diba melepas helmnya, berlari kembali ke arah Reza, lalu menyerahkan helmnya.
Tanpa menunggu Reza, Diba langsung bergegas masuk rumah sakit sendirian.
"Dib, tungguin ...."
Setelah bertanya pada resepsionis, Diba langsung bergegas menuju ruangan Izar. Bahkan ia sampai lupa mengucap salam ketika memasuki ruangannya.
"Gus," semua pandangan tertuju padanya. Bahkan ada orang yang 'tak Diba kenal di sini. Ia seorang wanita bercadar.
"Kalau masuk, salam dulu." Peringat Izar membuat Diba mengusap dadanya dan beristigfar.
"Dib, bisa pelan-pelan ga? Lo ninggalin gue," Diba hanya menyengir. "ya sorry Za, tadi gue panik."
"Assalamualaikum," salam Diba seraya mulai menginjakkan kakinya masuk ke dalam.
"Waalaikumsalam."
Diba menyalimi Abi dan wanita itu. Sama dengan Reza, namun di saat wanita itu, ia hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Lalu mendekati bangkar Izar, terlihat cowok itu masih sama. Suka cuek dan dingin padanya. Dia bahkan sepertinya belum bisa cinta pada Diba.
Tangan Diba mengusap pelan jari jemari Izar. Sepertinya Izar risih, tapi ia menahan itu semua.
"Maaf ya Gus, gara-gara Diba, Gus jadi kecelakaan kayak gini." Ujar Diba seraya menunduk merasa bersalah.
"Kan em-" ucapan Izar berhenti saat mendapat tatapan maut dari Abinya. Sudah cukup selama berbulan-bulan ini ia didiamkan Abi hanya karena Diba.
Akhirnya Izar tersenyum, tangannya beralih mengusap tangan Diba dengan lembut. "Ga papa, ini juga salah aku. Karena sudah sia-siain wanita sebaik kamu."
Deg
Diba refleks mendonggak. Menatap Izar dengan tatapan tidak percaya. Diba mengerjabkan matanya, lalu menempelkan punggung tangannya pada kening Izar.
"Ga panas, sih." Gumamnya.
Masih dengan senyumannya, Izar menurunkan tangan Diba. Lalu digenggamnya, "Aku ga papa Sayang, lagian cuma kecelakaan, nanti rencananya sudah boleh pulang kok."
Jantung Diba langsung berdetak sangat kencang. Apalagi di saat Izar menyebutnya dengan kata 'Sayang' rasanya Diba benar-benar dibuat terbang. Entah, setan rumah sakit mana yang sedang merasuki tubuh Izar.
Lamunan Diba terbuyarkan ketika seorang laki-laki masuk dengan membawa beberapa buah di tangannya dan ia masukkan ke dalam kulkas kecil yang ada di ruangan. Lalu, disusul dengan dua anak kembar yang masuk langsung memeluk Izar. "Siapa lagi coba?" batin Diba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Dia! [END]
Teen FictionCerita ini adalah lanjutan dari Salat Tarawih, jika mau lebih jelas, bisa baca Salat Tarawih dulu ^^ Muhammad Abhizar Albirru, seorang gus kelas dua belas, menyukai santriwati yang berstatus sebagai adik kelasnya. Tapi, masih di usianya yang menginj...