Wanjay dari juli 2022, sekarang januari 2023 baru aku lanjut😭✌️. Maklum ya kalau ada beberapa yang kurang, nama panjang misalnya, aku lupa wkwk.
Capek. Pengen pulang, tapi masa iya Tuan Putri pulangnya sendiri?
Adiba Khanza Ranisa~
Udah enak-enak dijemput, malah milih mandiri.
Fahreza~
Kali ini, Diba memilih untuk kembali pada Reza lagi. Tidak peduli dengan ayahnya yang nanti akan menyiksanya, yang terpenting sekarang ia bisa menenangkan dirinya dari Izar.
Berbeda dengan biasanya, kali ini Diba pergi dengan berpamitan pada Izar. Mengucap salam, dan tidak lupa mengucap kalimat perpisahan.
"Sebelum Diba benar-benar pergi, Diba boleh peluk Gus sebentar?"
Izar hanya meresponsnya datar. "Gak."
🦋🦋🦋🦋
Mama mengusap lembut wajah damai Diba saat tertidur lelap di pangkuannya. Ia sangat menyayangi putrinya itu, meskipun bukan anak kandungnya, tetapi jiwa keibuan Mama Reza sangat besar untuk Diba.
"Semesta terlalu jahat ya, untuk Diba?" Tanya Mama dengan senyuman tipisnya. Di depan mereka, Reza, melihat pada spion mobilnya. Air matanya menetes, namun ia langsung mengusapnya. Ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan kedua malaikatnya.
Diba kini sudah mulai aktif di sekolah lamanya. Hampir dua bulan ia sudah kembali beradaptasi dengan lingkungan lama. Bahkan, kini ia memiliki teman baru. Ya, Ayana, yang kini berstatus sebagai pacar Reza. Awalnya Diba sedikit cemburu, tetapi mau bagaimanapun juga Reza mempunyai hak sendiri untuk memilih pilihannya. Dan yang terpenting, Reza masih tetap perhatian padanya. Itu sudah lebih dari cukup.
Hidupnya juga sudah mulai membaik. Ayah dan Bundanya ditahan di penjara dari sebulan yang lalu. Dengan kasus kekerasan pada anak. Hingga kini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi oleh Diba. Hanya satu, terkadang kenangannya bersama Izar masih terlintas di pikirannya.
"Yana, sini adu main sama gue." Tantang Diba dengan sombongnya memegang bet tenis mejanya.
Yang tersenyum miring, ia berdiri dari duduknya. Berdiri tepat di meja seberang Diba. Mengambil betnya, lalu menaikkan kedua alisnya. "Ck, gue suka tantangan." Gumamnya.
Permainan pertama, Diba mengerutu kesal karena Yana mengalahkannya. Namun di babak kedua justru Diba yang bersorak kegirangan. Diba menggigit bibir bawahnya untuk fokus, ia mulai memukul bola kecil itu di atas meja, Yana menangkapnya, bolanya memantul terlalu tinggi, tidak ingin bolanya jatuh, Diba memukulnya dari atas begitupun dibalas oleh Yana.
"Woi, ini tenis meja. Bukan bulu tangkis." Keduanya tertawa setelah mendengar ucapan Farell. Lelaki itu baru saja sembuh dari sakitnya.
"Pengen basket," gumam Yana yang dibalas senyuman menantang oleh Diba.
Diba meletakkan betnya. Merangkul pundak Yana, "nantangin gue lo?"
"Lo ngerasa?"
Diba memukul pelan pundak Yana membuat keduanya tertawa. "Ntar, gue laper. Mau makan dulu."
"Traktir gue."
"Gue aja ngutang."
"Cantik-cantik miskin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Dia! [END]
Teen FictionCerita ini adalah lanjutan dari Salat Tarawih, jika mau lebih jelas, bisa baca Salat Tarawih dulu ^^ Muhammad Abhizar Albirru, seorang gus kelas dua belas, menyukai santriwati yang berstatus sebagai adik kelasnya. Tapi, masih di usianya yang menginj...