Lucu, gue balik. Lo pergi untuk selamanya.
Muhammad Abhizar Albirru~
Izar menatap wajahnya di cermin. Matanya ... mata yang saat ini ia gunakan untuk melihat adalah mata gadis yang pernah ia buat menangis karena ulahnya. Setelah acara pemakaman, Izar memutuskan untuk ikut pulang bersama Abi. Meninggalkan semua kenangan indah bersama Diba di sini.
Semuanya di sana berduka. Araster telah kehilangan Tuan Putrinya. Terutama Mama Reza yang 'tak hentinya menangis hingga pingsan. Ia sangat tidak menyangka jika akhirnya harus seperti ini.
Sepanjang perjalanan, Izar tidak membuka suara sama sekali. Pandangannya kosong menatap lekat ke arah luar jendela. Abi menepuk pundaknya, "ikhlas Zar."
"Izar mau permen kapas, Bi." Ujarnya melihat penjual permen kapas di seberang jalan. Abi tersenyum tipis, "ini, beli sebanyak apapun yang kamu mau." Dengan ragu Izar menerima pemberian dari abinya itu. Perlahan kakinya melangkah keluar, namun saat ia kembali dengan dua permen kapas di tangannya. Air matanya mengalir, Diba ... sangat menyukai permen kapas.
"Lihat Dib, sekarang aku akan suka permen kapas kayak kamu." Monolognya dengan senyuman miris.
Abi mengusap lembut pundak Izar sebelum melajukan kembali mobilnya agar segera sampai pada pesantren.
Di sana, terlihat Zaky, Maira, Kala dan Kila yang sudah menunggunya di depan Ndalem. Serta satu perempuan lain, Aisyah.
Izar turun dari mobilnya, berjalan lesu dengan mata sayup ke arah sang Kakak. Maira memeluk adiknya itu dengan penuh kasih sayang. Kehilangan orang yang dicintai memang sesakit itu.
Maira mengusap punggung Izar, membiarkan lelaki itu terisak di pundaknya. Sedangkan di sisi lain, "Gak boleh cemburu Zak ... dia adiknya. Lagi rapuh, okeyy?" Ingatnya pada diri sendiri seraya menghela napasnya.
Kila berlari memeluk abangnya itu, "abang jangan sedih. Semua takdir sudah diatur sama Yang Maha Kuasa." Izar melirik ponakannya dan tersenyum tipis. Ia berjongkok, mengusap air matanya lalu menatap Kila dengan senyuman tegarnya.
Dengan tangan mungilnya, Kala mengusap air mata Izar. Anak kecil itu meskipun terlihat cuek, namun jauh di lubuk hatinya ia sangat peduli terhadap orang di sekitarnya. Termasuk Kila, yang sering ia jahili dan buatnya menangis.
"Bang Izar cengeng." Celetuk Kala tanpa dosanya.
"Kata Umma, sebaik-baiknya rencana adalah rencana Allah Bang. Jadi ikhlas semuanya, kita hanya manusia biasa, hanya bisa ikhtiar, berdoa, dan bertawakal kepala Yang Maha Esa." Jelas Kila dengan suara munggilnya.
Izar tersenyum menatap kedua ponakannya. Memeluk keduanya dengan sangat erat. "Nanti kalau Kila besar, jangan cari suami kayak abang. Kalau Kala sudah besar, jangan tiru sikap abang ya." Pesan Izar.
"Iyalah, jelas Kala pasti lebih baik dari abang."
🦋🦋🦋🦋
"Jadi bagaimana Izar? Adiba telah wafat, apakah kamu masih mencintai Aisyah?" Pertanyaan dari abinya itu membuat dadanya kembali terasa sesak.
Ia mendongak menatap sang Abi, lalu menggeleng. "Tidak Bi. Izar hanya akan menikah satu kali, dan itu hanya dengan Adiba. Izar hanya akan memberikan nafkah batin pada Adiba, jikalau Adiba pergi sebelum nafkah itu tersampaikan. Izar rela tidak tersentuh perempuan manapun hingga maut menjemput Izar."
🦋🦋🦋🦋
Izar mengusap pelan nisan Uminya itu. Perlahan pertahanannya mulai runtuh, ia memeluk nisan Umi dengan sesekali mengecupnya penuh rasa sayang dan rindu.
"Umi ... maafkan Izar sudah menjadi anak lelaki yang gagal."
"Umi ... apa Umi marah sama Izar? Umi kecewa sama Izar?"
"Setelah Izar pertimbangkan, Izar memang salah dan tidak pantas untuk siapapun. Jadi, perempuan terakhir yang bersama Izar adalah Adiba. Izar tidak akan mendekati perempuan manapun. Dan Izar tidak akan menikah lagi, Izar akan menjaga kesucian Izar hingga kelak bertemu Umi dan Diba di sana. Tunggu Izar ya Um, jika Allah berkehendak, Izar segera menyusul."
●●
●●
●●Tau ah capek gue, END dah tuh terserah.
Pengen buat ekstra part, kalau mood maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Dia! [END]
Teen FictionCerita ini adalah lanjutan dari Salat Tarawih, jika mau lebih jelas, bisa baca Salat Tarawih dulu ^^ Muhammad Abhizar Albirru, seorang gus kelas dua belas, menyukai santriwati yang berstatus sebagai adik kelasnya. Tapi, masih di usianya yang menginj...