13. Bertemu Umi [2]

176 16 1
                                    

"Setiap manusia punya cara bahagianya masing-masing. Jadi, tolong dihargai, bukan dicela."

~Adiba Khanza Ranisa~

"Lo yakin mau balik ke sekolah lama?" tanya Reza yang entah sudah ke berapa kalinya membuat Diba mengangguk.

"Plis deh Za, lo udah nanya yang ke sepuluh kalinya." Geram Diba.

"Gabut banget lo sampai ngintungin pertanyaan gue,"

Diba hanya memutar bola matanya malas. Mengambil tas ranselnya, lalu berjalan keluar kamar mendahului Reza. Diba memang sudah pulang setelah siuman, dan tiga hari ke depan kondisinya semakin membaik.

Hal yang mengenaskan adalah, selama Diba di rumah sakit, kedua orangtuanya sama sekali tidak pernah menjenguknya. Haha, miris. Sedangkan Izar, setelah perdebatan tiga hari lalu, ia langsung meluncur pulang ke pesantren. Entah, di mana hati lelaki itu.

Reza mencekal tangan Diba, membuat Diba berdecak dan berbalik seraya memutar bola matanya malas. "Apa lagi?"

"Nanti nonton gue tanding basket ya?" Diba mengerjabkan matanya, "tanding?" Reza mengangguk.

"Kenapa? Sama siapa?"

"Sama si Ketos,"

"Buat apa coba?"

"Rebutin Ayana."

"Ayana?" Reza memutar bola matanya malas. Otak Diba sangat lemot jika diajak bicara. Reza mengandeng tangan Diba, "gausah dipikirin, pokoknya nanti datang aja pas jam istirahat."

🦋🦋🦋🦋

Baru saja para anggota inti Araster memasuki sekolah, tiba-tiba semua pada heboh. Bukan apa, kali ini kapal mereka sudah kembali.

"Kapal gue woe! Itu seriusan Adiba balik lagi?!"

"Reza kenapa sih? Setiap hari tambah ganteng? Kenapa ga tambah jelek aja coba?"

"Heh! Mulutnya!"

"Ya kan kalau tambah ganteng kan, gue yang biasa aja ini bisa tergeser sebagai tipenya."

"Yeee, trus kalau Reza jelek lo mau sama dia?" cewek itu terdiam. "ya enggak sih,"

"Terserah! Capek gue sama lo."

"Valen tetap seperti biasanya, tampan dan berdamage."

"Kenapa sih, bocah sialan itu balik lagi!"

"Astaga! Kayaknya peringkat ke dua Ayana bakalan tergeser deh."

"Bener, apalagi Reza sama Diba kan selalu satu sama dua."

Adiba segera turun dari motornya Reza, melepas helmnya, lalu memukul lengan Reza yang membuat sang empu meringgis kesakitan.

"Apaan sih?"

"Kalau mau mati sendiri aja, ga usah ngajak-ngajak gue."

Reza melepas helmnya,"Ya maaf, tadi jamnya mepet banget cuma gara-gara nungguin lo."

"Oh jadi lo nyalahin gue? Yaudah!" sentak Diba seraya memberikan helmnya pada Reza, lalu berjalan kesal sendirian meninggalkan semuanya.

"Ya- e-enggak Dib, astaga."

Reza melirik tajam ke arah Yesa dan Darren yang sedang diam-diam menertawainya. "Apa lo?!" hening. Keduanya langsung terdiam.

🦋🦋🦋🦋

Sial sekali, hari pertama masuk sudah menemui UH matematika. Kali ini lumayan susah untuk mengerjakkannya, apalagi sudah berbulan-bulan ia 'tak mengikuti pembelajaran. Banyak soal yang Diba tidak mengerti maksudnya.

Kamu Bukan Dia! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang