15. Perlakuan Baik [2]

176 15 1
                                    

Ciee senin pagi udah update aja. Iya, hehe, kemarin sakitnya kambuh lagi soalnya.

Diba menata kembali pakaian-pakaian Izar yang baru saja ia selesai cuci dan seterika. Baru sempat ia melakukan itu semua, karena tadi pagi sampai siang keluarga Izar datang ke rumah. Jadinya Diba bersih-bersih mulai sore hari.

"Sayang ...." Pergerakkan Diba terhenti, ia memejamkan matanya. Mencoba untuk tidak salting di depan Izar.

"Hm?" tanya Diba tanpa menoleh ke arah Izar. Ia terus melanjutkan kegiatannya menata pakaian.

"Udah, hentiin itu, sini istirahat dulu. Tidur sama aku," Ya Allah ... ini bukan mimpi kan? Rasanya Diba benar-benar tidak menyangka jika ini akan terjadi.

"Tapi ini nanggung Gus, kurang sedikit."

"Udah, tinggal aja."

"Sedikit lagi, Gus."

"Ck, yaudah." Diba hanya menghembuskan nafas berat. Hanya sisa satu pakaian lagi, ia memasukkannya lalu menutup lemari itu. Berjalan pelan ke arah Izar.

"Kenapa sih?" 'tak ada jawaban dari sang empu.

"Gus ...."

"Orang pacaran aja kalau salah harus minta maaf," Diba mengerutkan keningnnya. "tapi kita kan ga pacaran Gus."

Izar membalikkan tubuhnya, kini  mata mereka saling bertemu. Dunia seakan berhenti berputar. Bahkan rasanya waktu seperti berhenti. Sebelum akhirnya ucapan Izar membubarkan semuanya.

"Tapi kita udah nikah, dan kamu ...." Izar mengantungkan ucapannya seraya jari telunjuknya menunjuk hidung Diba. "istri aku,"

Hah? Tidak salah ini Ya Allah? Sudah tidak bisa ditutupi lagi jika kini Diba baper. Bahkan kedua pipinya sudah memerah bak kepiting rebus.

Izar terkekeh, "Pipi kamu merah," ucapnya membuat Diba semakin malu. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Apa-apaan ini, apa Izar akan menyiksa Diba dengan terus membuatnya baper?

Izar melakukan hal yang sama, ia menutupi dirinya dengan selimut. Hingga kini mereka berdua bertemu kembali. "Kamu kalau malu lucu banget,"

"Gus ... udah, Diba malu." renggek Diba seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Hhh ... udah, tidur aja. Pasti capek kan?"

"Enggak, baru habis magrib masa tidur?"

Izar mengerutkan keningnya, "Magrib? Azan Isya aja udah lewat." Seketika mata Diba melebar. Apa tadi? Ia langsung membuka selimutnya dan melihat jam di ponselnya yang berada di atas nakas.

19.43

"Astagfirullahalazim. Diba belum shalat Isya, Gus."

"Yaudah shalat dulu, habis itu ke sini lagi ya. Istirahat. Jangan cape-cape, nanti kamu sakit." Setelah kepergian Diba, Izar mengotak-atik ponselnya. Terlalu banyak orderan yang masuk. Meskipun banyak juga yang minta pembatalan, tetap Izar setujui karena memang setelah Abi mendiamkannya dulu, ia jadi kurang konsisten untuk mengurus pekerjaannya.

"Ck, tetap alkhamdulillah sih, tapi banyak banget. Bodo amat lah."

Abi ♡

|Baik-baik sama Diba

Izar berdecak kesal setelah membaca chat masuk dari Abinya itu. "Kenapa sih? Apa-apa Diba, apa-apa Diba."

Iya Bi|

🦋🦋🦋🦋

"Dib ... udah belum?"

Kamu Bukan Dia! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang