⚠️ TOXIC ⚠️Izar mengucek kedua matanya, lalu mengubah posisinya dari baring menjadi duduk. Izar tidak tidur di kamar, karena Diba mengunci kamarnya. Izar memilih tidur di sofa ruang tengah daripada tidur di kamar sebelah.
Izar perlahan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di lantai bawah. Mengambil wudhu, lalu menaiki tangga berniat membangunkan Diba.
Tok tok tok
Tak kunjung ada jawaban, bukannya cemas Izar malah masih berekspresi santai. "Mungkin lelah, jadi ketiduran sampai jam segini." Tak berfikir panjang lebar lagi, Izar membuka knop pintu kamar sebelah. Rasanya, ah sebenarnya Izar juga sangat membenci warna pink. Tapi mau gimana lagi? Hanya kamar ini dan kamar Diba yang mempunyai sajadah.
Izar memulai shalatnya, lalu melanjutkan dengan zikir, doa, serta muraja'ah Al-Quran seraya menanti azan subuh. Entah kenapa Izar tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang kurang. Bahkan seperti hilang. Tapi ... argh, Izar menggelengkan kepalanya berniat untuk melupakan hal yang tidak penting itu.
Kini sudah pukul setengah tujuh, Izar belum juga melihat tanda-tanda Diba keluar dari kamar. Kalau shalat, di dalam kamar juga bisa shalat, karena terdapat kamar mandi untuk wudhu. Masalahnya, kini tidak ada makanan lagi, Izar mau makan apa untuk sarapan?
Izar mengetuk pintu kamar Diba berkali-kali. Jangankan dibuka, suara sekecil apapun tidak didengar Izar. Perlahan Izar membuka knop pintunya, ternyata ... sudah tidak dikunci. Melihat di sekeliling, tidak ada tanda-tanda Diba di sana. Diba tidak ada, ke mana?
"Mungkin udah berangkat duluan, sabtu, ada jadwal piket kan dia?" gumam Izar yang 'tak mau membawa pusing.
Lalu, Izar mengambil kopyah serta kitabnya. Mengabaikan perutnya yang kelaparan, "Nanti bisa sarapan di Ndalem. Mungkin Diba ada di sana,"
Izar berniat untuk memakai motor, karena akan mampir ke mini market terlebih dahulu. Tapi, sepertinya ia lupa membawa motornya kemarin. "Kayaknya masih di rumah Abi deh, Ya Allah ... jalan kaki dong? Huh."
🦋🦋🦋🦋
"Assalamualaikum Bi ...."
"Waalaikumsalam, Izar, eh Diba mana?" Izar mengerutkan keningnya saat mendapati pertanyaan aneh dari Abi. Bukannya Diba ke sini?
"Bukannya Diba sudah berangkat duluan ya Bi? Kirain Diba ke sini, " Abi menggeleng membuat Izar sedikit panik. "oh mungkin tadi langsung ke asrama, Izar coba cari dulu ya." Abi mengangguk.
Izar pontang-panting mencari istrinya itu di seluruh asrama putri. Sudah satu jam ia lewatkan, bahkan sudah mencari bolak-balik, tetapi tetap tidak menemukan Adiba.
Izar berlari menuju kelas Diba, di sana semuanya menjawab bahwa Diba tidak masuk hari ini. Itu membuat Izar semakin panik. Ia mengusap wajahnya gusar, "Lo di mana sih?! Ngerepotin gue mulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Dia! [END]
Teen FictionCerita ini adalah lanjutan dari Salat Tarawih, jika mau lebih jelas, bisa baca Salat Tarawih dulu ^^ Muhammad Abhizar Albirru, seorang gus kelas dua belas, menyukai santriwati yang berstatus sebagai adik kelasnya. Tapi, masih di usianya yang menginj...