OMH | 19

1K 65 3
                                    


Seminggu setelah itu, Arkan akan pergi ke luar negeri. Ada satu perusahaannya yang sedang ada masalah. Arkan dan Alkan akan pergi ke Kanada. Mungkin 15 hari?

Namun, Arkan tidak tenang jika Qilla ditinggal sendirian. Bisa jadi Gheva macam macam. Akhirnya Qila ikut, jujur ia gengsi untuk mengutarakan rasa senangnya.

"Bang, jadwal penerbangan besok sore. Lebih baik kita ke Yogyakarta nya nanti sore atau lebih baik setelah dhuhur" kata Alkan.

"Nanti sore saja, pasti barang bawaannya harus pilih pilih" dingin Arkan.

"Besok penerbangannya pakai pesawat Boeing 180 pukul 16.00, perkiraan sampai kira kira sampai pukul 01.00 dini pagi hari" Arkan mengangguk.

Ia pergi ke kamar dan mendapati Qila yang tengah mengambil koper namun kesusahan.

"Ih! Pake ditaruh disitu segala lagian! Dasar ustadz prik!" Qilla hendak menjangkau koper abu abu namun jempolnya tidak bisa diajak kompromi dan jatuhlah anak itu di pelukan Arkan.

Wangi aroma maskulin pria itu membuat Qilla terdiam, sampai pria itu berdehem.

"Apaan Lo main peluk peluk segala?" Qilla memarahi Arkan.

"Udah siap? Nanti sore kita berangkat" ketus Arkan.

"Gimana mau siap orang kopernya aja --" Qila melongo kala melihat Arkan membawa dua koper.

"Jangan buka koper itu, nanti kamu nyesel" Arkan tersenyum jahat.

"Sana ah siapin baju Lo!"

"Nggak disiapin? Kan saya suami kamu" lirih Arkan.

"Punya tangan kan Lo? Pake nyuruh nyuruh segala lagi! Manja banget jadi cowok" Arkan menghela nafasnya lelah.

Mereka berdua asyik mengemasi barang barangnya, sampai akhirnya Qilla teringat sesuatu. Yaa! Mana handphonenya?

"Hp gue mana?" Qila berlagak seperti ibu kost.

"Udah saya bakar" kekeh Arkan.

Qilla melotot tak percaya, handphone pemberian Gheva yang menurutnya sangat romantis padahal handphone second dan handphone utang.

"H-hp gueee" Qila mulai terisak membuat Arkan panik.

"Eh jangan nangis dong, mau apa hm?" Arkan berlagak seperti om om pedo.

"Minggir!" Qilla keluar kamar namun ia urungkan karena pertanyaan Arkan.

"Mau iPhone om"

"Gak" ketus Arkan, ya gimana lagi kan iPhonenya aja di rumah masa beli lagi?

"Hiks hiks" Qilla mulai menangis.

"Kok kamu jadi sensitif gini?" Gumam Arkan namun tetap didengar Qilla.

"Gatau" lirih Qilla disela sela isakanya.

"Yaudah sini" Arkan tersenyum hangat sambil membalas pelukan Qilla.

Gua kapan?

***

Di bandara, banyak orang berlalu lalang membawa koper. Qilla daritadi berjalan menoleh samping. Wajar karena baru pertama kali ia ke bandara apalagi naik pesawat.

"Khan, itu pesawatnya gede banget" Qilla benar benar heboh.

Sesampainya didalam badan pesawat, Qilla menetap duduk di pinggir jendela karena pemandangannya bisa memanjakan mata.

Ding

Ding

Ding

"Ladies and gentlemen, welcome onboard Flight 180 with service from Yogyakarta Indonesia to Edmonton, Alberta Kanada We are currently third in line for take-off and are expected to be in the air in approximately ten minutes time. We ask you to please fasten your seatbelts at this time, and secure all baggage underneath your seat or in the overhead compartments. We also ask that your seats and folding trays are in the upright position for take-off. Please turn off all electronic devices you bring, including mobile phones and laptops. Smoking is prohibited for the duration of the flight on the entire aircraft, including the lavatories. Thank you for choosing The Airlines. Enjoy your flight." Ujar si pramugari.

Oh My Husband...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang