OMH | 43

707 47 1
                                    

Kemanapun dan apapun semua keinginan Qilla Arkan selalu berikan. Di usia kandungannya yang ke 6 bulan ini, rasa cinta Arkan kepada Qilla semakin melekat.

"Ayang!" Teriak Arkan kala Qilla tidak ada di rumah.

Sikap manja Arkan membuat Qilla kerepotan, entah karena apa bukan Qilla yang manja padanya.

"Kenapa?" Tanya Qilla ketika baru memasuki kamarnya.

Arkan berjalan cepat lalu memeluknya, "habis dari mana? Aku kangen"

"Abis buang sampah tadi"

Arkan diam tak bergeming, ia terus memeluk istrinya itu. Setelah Qilla yang lebih dulu melepaskan pelukannya, Arkan langsung menciumi seluruh permukaan wajah Qilla bertubi-tubi membuat wanita itu tertawa.

"Tau nggak, kata Ummi Minggu depan mau acara tujuh bulanan"

"Lho kok Ummi nggak bilang dulu sama aku"

"Baru aja direncanain, kamu juga belum pulang tadi"

"Oh"

Arkan duduk menyamakan tingginya dengan perut besar didepannya. Ia mengelus dengan lembut perut itu, ingin sekali ia mengetahui jenis kelamin anaknya tetapi selalu tertutup oleh tangannya.

"Gede banget" gumam Arkan.

"Perut se-gede ini dibawa jalan emang nggak berat?" Tanya Arkan.

"Berat banget apalagi kalo mau bangun"

Arkan kembali mengelus perut istrinya itu lagi, "kamu jangan nakal ya nanti, inget pengorbanan Umma bawa kamu berat berat"

Qilla tersenyum manis, setiap hari sikap Arkan sangat manis kepadanya. Ia menjadi seorang ratu setelah orang tua dan mertuanya tau kalau ia tengah hamil.

"Eh eh eh gerak ih!"

"Masyaallah"

"Kamu jangan pergi jauh-jauh dari aku ya" ujar Qilla.

"Kamu juga"

Setelah dirasa kaki Qilla pegal akibat berdiri, akhirnya mereka memilih untuk rebahan di atas ranjang. Arkan tidur di dadanya sambil mengelus perut Qilla dan masih lengkap dengan pakaian kerjanya. Sementara Qilla, wanita itu mengelus rambut lebat Arkan sambil menyaksikan siaran televisi.

Qilla POV.

Aku sadar selama ini aku adalah wanita yang sangat beruntung mendapatkan pria seperti Arkan. Ia tampan dan juga Sholeh.

Aku selalu teringat masa lalu ketika aku menduakannya. Entah mengapa ia masih bertahan denganku karena perintah papah. Harusnya aku berterimakasih kepada mendiang kakek karena menjodohkanku dengan Arkan.

Melihat banyaknya wanita wanita di luaran sana yang cantik dan Sholihah nya lebih unggul dibandingkan denganku ingin mendapatkan hati Arkan. Aku sama sekali tidak ingin meninggalkannya sampai kapanpun, tetapi aku juga tidak boleh memaksakan takdir.

Tubuhnya yang jangkung dengan pahatan wajah yang sempurna. Aku benar benar bersyukur mendapatkan pria itu. Ia mengajarkanku mengaji bahkan sampai aku hampir hafal beberapa.

Ia juga membuatku menjadi seorang istri menurut tuntutan syariat walau belum sepenuhnya aku Istiqomah karena aku kembali melepas cadarku.

Arkan pria yang sangat sabar, belum pernah ia bermain tangan denganku. Sekali bermain tanganpun hanya melakukan gelitikan di sekitar tubuhku.

Ayahku mengatakan jika aku jauh lebih baik setelah menikah dengan Arkan. Jika ingatanku tidak hilang pada saat itu, mungkin aku jauh lebih sempurna. Aku selalu terbuai dengan sikap manisnya, ia juga lihai ketika membuatku terbang dalam aktivitas itu.

Oh My Husband...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang