Penting, bagi yang mengalami penyakit jangan membaca, lumayan 18+ tapi tidak terlalu...
***
Arkan akan menghadiri seminar. Pria itu memakai jas berwarna biru tua dengan tatanan rambut yang sangat rapi. Sepatu pantofel nya yang mengkilat dengan aroma parfum yang khas sekali.
Selama sarapan, mata Bianca tak beralih dari pria beranak satu tersebut. Ketampanan pria itu bertambah 1000000+ damage.
Arkan dan Qilla berpisah jarak. Arshal mengikuti Qilla ke butiknya sementara Arkan, pria itu sendiri. Mengendarai mobil Rolls Royce Phantom nya sendiri juga.
Bianca memberanikan dirinya menelepon rekannya. Ia sudah merencanakan rencana ini matang-matang. Jadi jangan ditanya lagi rencana apa yang akan dilakukan Bianca.
Akbar, pria yang pernah Qilla ajak balapan dan pria yang bertemu dengan Qilla pada saat ia memilih baju untuk Arshal ternyata juga memiliki ikatan dengan Bianca. Secara garis keluarga, Akbar adalah anak dari kakak ayahnya Bianca, jadi mereka adalah saudara.
***
"Terima kasih pak Arkan atas seminar kali ini" ucap seorang pria berkacamata dengan balutan jas warna hitam tersebut sambil menyodorkan tangannya.
Arkan menerima jabatan tangan tersebut dengan senyuman di bibirnya. Ia berhasil melewati seminar dengan orang-orang dari luar negeri, tentu rasanya sangat mendebarkan.
Pria itu menerima telepon dan tertera nama yang tidak disimpannya. Pria itu menutup teleponnya lalu berjalan keluar, namun tak lama telepon itu kembali datang dengan nomor yang sama, akhirnya Arkan menerima telpon itu.
Sambungan telepon saat ini adalah video call. Jadi Arkan tau siapa yang sedang meneleponnya. Hatinya mendadak gusar tidak jelas.
"Pak! Hiks"
"Kenapa kamu"
"Bu Qilla diciduk di hotel sama pria nggak dikenal pak!"
"Dimana lokasi hotelnya?"
"Hotel Biru Putih jalan Merdeka Jakarta Utara"
"Oke"
Arkan beristighfar sebentar lalu pergi menuju mobilnya. Pria itu mengendarai mobilnya dengan sangat cepat sampai melewati rambu lalulintas yang berwarna merah. Ia kecewa dengan istrinya padahal mereka tadi malam berjanji.
"Aku cinta banget sama kamu, jangan pernah ninggalin aku ya" ucap Arkan dengan lirih di sela-sela malam yang indah.
"Aku juga cinta sama kamu, pokoknya diantara kita tidak boleh ada perpisahan kecuali maut yang akan datang"
"Aku janji sama kamu, malam ini, dan tuhan yang selalu melihat dan mendengar kita bahwa kamu akan selalu menjadi istriku satu-satunya dan takkan pernah terganti sampai kapanpun"
"Kamu juga suamiku satu-satunya takkan pernah terganti, janji ya?" Qilla menegakkan jari kelingking nya yang mungil.
Arkan terkekeh kecil, "tahun 90 an"
Entah ekspresi macam apa yang kini ia tunjukan. Jangan lagi Qilla khilaf dengan masa lalu nya. Jika iya, ia akan merasa menjadi suami yang paling gagal mendidik istrinya.
Tak lama, Arkan sampai di hotel yang Bianca beri lokasinya. Pria itu menatap gedung tinggi tersebut dengan tatapan marah. Ia langsung masuk dan menuju resepsionis disana dan meminta kartu cadangan nomor 205.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband...
No Ficción"Ats tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy Syamsu hadiyatush shayf, waz zuhuru, hadiyyatur Robi, ya Humaira" ucap Arkan berbisik di telinga kanan Qilla. "A-apaan sih!, minggir!" Qilla mendorong bahu Arkan agar menjauh darinya, jika tidak bisa bahaya kal...