Sesampainya dirumah, Arkan langsung menuju ke kamarnya berharap sang istri sudah tertidur karena ini sudah pukul 1 malam.
Dan benar saja, Qilla tidur dengan pakaian santai membuat Arkan menghela nafasnya tenang.
Ia duduk di sofa sambil memijit pangkal hidung mancungnya. Memakai jas hitam dengan dasi yang berwarna senada membuat Arkan nampak seperti sugar Daddy.
Arkan membuka pintu balkon kamar dan menyalakan rokoknya. Menikmati angin malam yang meniup wajah tampannya.
Sambil menatap kelap kelip bintang yang mengingatkan Arkan pada masalalunya.
"Gus, Gus lihat bintang yang paling besar itu nggak? Setiap lihat bintang, selalu saja mengingatkanku pada mendiang ayah" Keluh Diana.
Mereka sedang menikmati bintang sambil berbaring di rerumputan hijau didekat danau. Mereka sekarang sedang berada di Inggris untuk berkuliah.
"Sebelum ayah meninggal, ayah sempat menyampaikan kepadaku kalau aku merindukan ayah, maka lihatlah bintang, waktu itu aku masih tidak tau apa maksud ayah"
"Dan sekarang itu semua hanya kenangan masalalu bagiku, aku ingin pergi bersama ayah"
"Kemana ibumu pergi?" Tanya Arkan.
"Ibu, ibu berselingkuh dan sekarang aku sendirian, sejak meninggalnya ayah, ibu selalu meninggalkanku dan ibu memasukkanku ke pesantren"
"Oh maaf"
Sial! Kemana lagi pikirannya?
Sedang asik melamun, tiba tiba tubuhnya terasa berat. Ia melihat kearah perutnya dan ada sesuatu yang memeluknya.
"Akka" panggil Qilla.
"Hm?"
"Kenapa bangun? Masih jam satu loh ini, pengen sesuatu hm?"
Qilla menggeleng, "pengen peluk kamu"
Arkan geleng geleng sendiri melihat tingkah laku istrinya. Dulu sifatnya naudzubillah namun sekarang hampir Alhamdulillah.
Qilla terus memeluk tubuh Arkan hingga membuat Arkan harus mematikan rokoknya yang masih separuh.
Terdengar nafas yang tenang, tanda Qilla sudah tertidur. Tidur berdiri sambil memeluk Arkan. Arkan tersenyum dan menggendong Qilla ala bridal style dengan hati hati.
Ia membaringkan tubuhnya di samping Qilla. Menatap muka polos istrinya yang sudah menjadi candu.
*
Myela tengah memesan tiket pesawat untuk pergi bersama Mega dan suami Mega. Italia, ya itu tujuan mereka.
Awalnya Mega ingin sekali bersama Qilla, tapi berhubung sang suami ada pekerjaan mendadak yang membuatnya harus kembali malam ini juga.
"Mbak, mbak yakin mau ninggalin suami mbak?" Tanya Mega.
"Yakin, mungkin orang orang yang tahu ini akan mengatakan kalau aku terlalu berlebihan, tapi hati ini sangat sakit ga, aku nggak kuat melihat suamiku sudah memiliki anak hubungan haram, dan yang aku takutkan adalah ketika suamiku menikah lagi"
"Tapi dengan sikap mbak yang seperti ini akan membuat suami mbak stres mbak"
"Aku tidak tau, jalan pikiranku buntu, aku benar benar sakit hati ga, aku nggak mau dimadu"
Mega dan John saling menatap satu sama lain. Dan akhirnya mereka meng iyakan.
Suara airport announcement mengalihkan perhatian mereka, Myela mengucapkan istighfar untuk meredakan emosinya.
"Nanti kita punya anak, terus punya cucu. Pasti muka kamu lucu banget kalo udah ada janggut putihnya" ucap Myela sambil menatap bulan di balkon bersama Mifzal.
"Kalo kamu ompong"
"Enggak ya, aku pastiin gigi aku sempurna kaya sekarang" Myela tak mau kalah.
"Aku tunggu lho, semoga kita selalu bersama ya sampai tua, bayangin aja deh kita minum teh ditaman sambil liat cucu cucu kita lagi lari larian" ucap Mifzal sambil tersenyum.
"Lucu banget kayaknya, nanti cucu perempuan aku yang cewek mau aku kepang"
"Kalo aku cowok, mau aku ajakin main bola"
"Yakin nggak sakit pinggang?" Ledek Myela.
Mifzal dan Myela tertawa renyah, "janji nggak akan ninggalin aku?" Tanya Myela.
"Janji, tapi insyaallah"
"Harus ada aku ya dihati kamu! Awas aja nanti kalo kamu selingkuh! Adik aku ganas banget tau kalo urusan ngehajar orang"
"Iya iya, tapi jangan bawa Ning Qilla dong, mukanya aja udah bringas, yang ada nanti aku dibikin pecel"
Myela tersenyum manis dan menampakan bolongan dipipi kanannya, Mifzal pun tersenyum simpul lalu mengecup pipi Myela dengan gemas.
Ingatan itu membuat hati Myela sakit, ia menyeka air matanya lalu memejamkan matanya. Mengikuti langkah Mega dan sang suami.
"MYELA!" Teriak seorang laki laki dari arah belakang.
Semua orang yang tengah berjalan langsung menatap pria itu. Pria tampan namun sekarang berwajah sembab, biasanya tubuhnya tegap namun sekarang sudah seperti balon tanpa angin.
Myela menoleh sekejap lalu berlari masuk ke dalam pesawat. Mifzal pun berlari mengejar istrinya itu, belahan jiwanya ada pada Myela.
Myela yang tak menyadari ada tangga kecil didepannya pun terjatuh, tangannya sedikit luka, bahkan gamis hitamnya sedikit ada robekan dibagikan lutut.
Mifzal langsung membantu Myela berdiri, namun Myela langsung menghempaskan tangannya kala Mifzal membantunya berdiri.
"Myela, mau kemana? Kamu jangan tinggalin aku sendirian"
"Lepas atau aku teriak?" Ucapan Myela begitu menusuk.
"Teriak aja, aku bakal bilang kalo kamu istri aku"
Mata Myela kembali memanas, "kamu urus aja anak sama istri harammu itu!"
"Biarin, aku nggak akan pergi dari kamu, apapun resikonya"
"Aku mau kita pisah"
Ucapan Myela barusan membuat tubuh Mifzal lemas, anggota tubuhnya serasa mau lepas, mungkin otot ototnya sudah mengelupas.
"Nggak, nggak ada kata kata pisah diantara kita!"
"Ada, kamu nikahi saja anak istrimu itu"
Mifzal menggeleng, "aku tidak akan menikahi dia! Tidak akan!"
Myela ingin sekali menangis sekarang. Namun ia tahan, ia tak ingin Mifzal menganggapnya lemah.
Myela sangat kasihan dengan kondisi Mifzal yang sangat memprihatikan. Bahkan Mifzal sampai berlutut meminta agar Myela tidak pergi meninggalkannya.
"Pulang ya? Aku mohon"
Myela diam tak bergeming, dengan berat hati ia meng-cancel penerbangannya.
Mega tersenyum kearah Myela, lalu memeluk kakak sahabatnya itu sambil mengatakan, "kuat ya mbak, aku pergi dulu"
Mega dan John pergi memasuki pesawat. Myela menatap dua pasangan itu miris. Ingin sekali ia melancong ke negri orang dan menikmati kesendiriannya tanpa adanya masalah.
Mifzal terus menangis di lututnya membuat beberapa orang menatapnya. Myela mengangkat bahu Mifzal dan menatap maat sembab pria itu.
"Kamu nggak pergi kan?" Lirih Mifzal.
"Enggak kok, aku disini" Myela membalas pelukan Mifzal yang begitu erat.
*
*
*
*
*
Part khusus mbak Myela sama mas Mifzal nih, kira kira si cewe itu siapa ya? Vote vote vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband...
Não Ficção"Ats tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy Syamsu hadiyatush shayf, waz zuhuru, hadiyyatur Robi, ya Humaira" ucap Arkan berbisik di telinga kanan Qilla. "A-apaan sih!, minggir!" Qilla mendorong bahu Arkan agar menjauh darinya, jika tidak bisa bahaya kal...