Makan malam besar tiba, tak ada suara selain bunyi sendok yang menabrak kramik pada piring. 3A juga diam karena ketiganya tengah tidur, mungkin mereka berada pada mimpi yang sama seperti kartun anak yang selalu botak itu.
"Arkan sama Qilla nginep disini dulu seminggu ya? Ummi masih kangen sama 3A"
Qilla menatap Arkan yang tengah terfokus pada makanannya, "iya, lalu seminggu lagi kita nginep ke rumah Mama sama Papa" ujar Arkan, Qilla tersenyum.
"Digotong gotong terus emang nggak capek tuh si bayi?" Tanya Elif.
"Enggak dong, kan kerjaanya cuma tiduran" Arshaq ikut menyambung.
Dua absurd ini jika bertemu maka akan membuat dunia tanpa alur. Sehingga jika mereka bertemu maka banyak orang akan menghindar karena keduanya selain kocak, mereka juga kadang mulutnya suka los.
"Eh Lif, kemarin dosen aku nanyain kamu, 'itu yang sama kamu kakak kamu?' terus aku jawab 'iya', kayaknya naksir deh sama kamu" ujar Arshaq.
"Oh ya? Siapa nama dosennya?"
"Brama"
"Ooh"
"Nggak sampe situ, dia juga minta nomor kamu tapi posisi hp ku lagi lowbat"
"Bilangin, jangan chattingan sama Elif kalo nggak serius" dingin Irwan. Ayah dari Elif yang galaknya minta ampun.
"I-iya Bah"
"Oh iya, aku sama Mifzal mau beri kalian hadiah sesuatu" ucap Myela.
Qilla dan Halimah tersenyum membuat semuanya bingung. Myela mengambil kotak dari bawah meja lalu memberikan kotak itu kepada Kemal.
"Apa ini nak?"
"Buka saja Pah"
"Iya buka tuh, siapa tau isinya emas" Arshaq memanas manasi.
Kemal membuka kotak itu dengan pelan. Lalu terpampang lah benda kecil dengan dua garis merah disana.
"Ini apa ini?" Kemal melihat itu sebuah alat untuk mengukur demam, wajarlah zamannya tidak ada testpack.
"Yaampun, itu testpack Papahhh" Halimah gemas sendiri dengan bayi tua-nya itu.
"Kamu demam?" Tanya Kemal karena ia tidak tau apa itu testpack.
Semua keluarga tertawa melihat ke-polos an Kemal. Umur segini emang lagi lucu lucunya.
"Itu tandanya Myela hamil Pah" Qilla akhirnya menjelaskan.
"Owalahh, HAH?! KAMU HAMIL?" Kaget Kemal.
"Iya" Myela tersenyum hangat.
Kemal bangkit dari duduknya dan memeluk putri sulungnya itu. Akhirnya setelah penantian bertahun-tahun untuk mendapatkan cucu dari putri pertamanya terkabulkan.
"Udah berapa Minggu nak?" Tanya Halimah.
"Udah sebelas Minggu" Myela tersenyum malu-malu.
"Wah diem-diem aja nih si Mifzal" sindir Aqmar.
"Iya tuh" Arshaq memanas-manasi.
"Lah? Ini kan semua juga udah direncanain, aslinya mau ngomong pas udah empat bulan, tapi Myela ngeyel, nggak tahan katanya" jelas Mifzal.
Elif diam menyimak pembicaraan, iri juga karena ia yang sudah lumayan matang untuk menikah tetapi belum ada yang meng-khitbahnya. Pengen banget punya anak kembar kaya Qilla, tapi jodohnya aja belum kelihatan hilalnya.
"Oh iya besok ada tamu" ucap Irwan tiba-tiba.
"Siapa?" Tanya semuanya.
"Arkan pasti tau, putra kedua pak Abshor, jelaskan nak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband...
Non-Fiction"Ats tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy Syamsu hadiyatush shayf, waz zuhuru, hadiyyatur Robi, ya Humaira" ucap Arkan berbisik di telinga kanan Qilla. "A-apaan sih!, minggir!" Qilla mendorong bahu Arkan agar menjauh darinya, jika tidak bisa bahaya kal...