Keesokannya, badan Arkan mulai membaik. Ia harus melaksanakan sholat tahajud bersama orang orang dirumahnya.Ia hendak membangunkan Qilla namun istrinya itu tidak ada disampingnya.
"Apa udah bangun?" Gumam Arkan sambil berdiri menelusuri kamarnya.
Betapa kagetnya ia melihat Qilla tertidur di bawah ranjang dengan nyenyak nya. Arkan menghela nafas pelan dan terkekeh melihat istrinya itu.
"Qil, bangun yuk? Sholat tahajud dulu" sudah rutinitas sehari-hari bagi Arkan membangunkan Qilla, namun Qilla tetap bangun lebih lambat.
"Lima menit lagi" Qilla makin menutup tubuhnya dengan selimut.
Tiba tiba...
DOR!!!
Suara tembakan pistol yang berasal dari luar rumah, membuat seluruh warga komplek terbangun.
Qilla yang tadinya malas malasan kini langsung memeluk Arkan ketakutan. Ini adalah phobianya selain ketinggian.
"Astagfirullah haladzim" Arkan mencium lembut pucuk kepala Qilla, berusaha menenangkan gadis itu.
"Kita turun ya? Pastiin yang lain nggak kenapa Napa" Qilla mengangguk.
Selagi mereka turun, ia melihat seluruh pembantunya yang sedang berjongkok sambil menutup telinganya karena tembakan itu terulang empat kali.
"Sebenarnya ada apa ini?" Seluruh pembantu disana langsung berdiri dan menggeleng tanda tidak tahu.
"Kamu sini dulu ya? Aku kesana dulu" wah wah wah, Arkan udah pake aku-kamu, Qilla kapan?
"Akka, takut" Qilla memeluk erat lengan kekar Arkan mencari perlindungan.
"Udah nggak papa, kamu disini sama yang lain ya? Biar aku, mang Udin sama mang Eko yang cari tau" Arkan meyakinkan istrinya. Beberapa pembantunya baper, namun mereka tau kondisi.
"Darimana suaranya?" Arkan kini bertanya pada mang Eko yang sedang mengintip pada kaca.
"Nggak jelas gus, tapi dari suaranya dekat, mungkin tetangga ada masalah. Di luar udah rame polisi sama ambulans, coba saya keluar ya gus?" Jelas mang Eko.
"Saya ikut" kini Arkan, Eko dan Udin berjalan keluar sambil bertanya pada tetangga tetangga.
"Ada apa emangnya Bu?" Mang Udin bertanya pada Bu Rurin yang kebetulan juga tetangganya.
"Saya denger sih, ada cowok masuk kesana katanya tunangannya mbak Mei, nah mbak Mei sama pak Rizal itu selingkuh, nah istrinya pak Rizal kan lagi hamil besar tuh, nggak sengaja kena peluru dari tunangannya mbak Mei" jelas si tetangga.
"Siapa nama tunangannya Bu?" Tanya mang Udin lagi.
"Nggak tau saya, baru aja dikasih inisial AP" jawab Bu Rurin lagi.
"Terus istrinya pak Rizal gimana sekarang?" Kini mang Eko yang bertanya.
"Dua peluru ngenangin perutnya, akhirnya tadi pendarahan hebat tapi pak Rizal mentingin selingkuhannya. Istrinya sekarang masuk ICU" nggibahin tetangga ini judulnya.
"Oh, makasih Bu"
"Iya"
.
"Emang situ rumahnya siapa bi?" Qilla bertanya pada bi Indah.
"Yang dapet suara tadi? Itu rumahnya Bu Aini sama pak Rizal"
"Udah punya anak?" Tanya Qilla lagi.
"Udah, malah sekarang lagi hamil tua" bi Ruti ikut nimbrung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband...
Non-Fiction"Ats tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy Syamsu hadiyatush shayf, waz zuhuru, hadiyyatur Robi, ya Humaira" ucap Arkan berbisik di telinga kanan Qilla. "A-apaan sih!, minggir!" Qilla mendorong bahu Arkan agar menjauh darinya, jika tidak bisa bahaya kal...