Waktu maghrib telah tiba, Arkan memberhentikan mobilnya di parkiran masjid besar yang berada di Cibinong. Ia dengan Qilla akan menunaikan ibadah sholat.
Saat ini mereka akan pergi ke rumah teman Arkan yang berada di Depok. Sekalian temu kangen dengan Elif setelah lama tak berjumpa. Qilla terlihat sangat lelah karena perjalanan jauh itu.
Arkan dan Qilla hanya berdua. Ia tidak membawa supir karena memang tidak ada supir. Dirumah pun tidak ada pembantu. Hanya ada Arkan dan Qilla.
Whehehe
"Laper gue, cari makan yuk" ajak Qilla dan Arkan mengangguk.
Mereka mencari warung kecil untuk mengisi perutnya. Sampai akhirnya mereka menemukan warung sate, martabak, bubur dan juga masakan Padang.
Arkan memilih masakan Padang karena lebih banyak dan menu nya pun bebas memilih. Ia makan berhadapan dengan sang istri. Arkan merasa gemas sendiri melihat Qilla yang makan hingga pipinya mengembung.
"Ngapwain lo liat liat ha!?"
Arkan terkekeh, "kamu lucu"
BLUSH!!!
Pipinya memerah karena gombalan garing Arkan. Oh ya tuhan! Ia malu sekali sekarang. Ingin menoleh kemanapun, Arkan tetap menatapnya seperti cctv.
"Gitu aja blushing"
"Lo gatau cewek kaya apa! Dasar cowok! Gatau apa apa!" Ledek Qilla.
Arkan acuh tak acuh menanggapi istrinya itu. Lalu mereka kembali makan.
Sampai akhirnya waktu isya pun tiba, mereka kembali melaksanakan sholat lalu melanjutkan perjalanan ke Cibinong. Mungkin tinggal beberapa menit lagi.
Akhirnya sampailah mereka ke tepat teman Arkan. Rumah bertingkat 2 yang berada di dalam gang. Tetapi masih muat untuk 2 mobil.
Azzam namanya, teman kuliah Arkan di Oxford Inggris. Sekalian membahas tentang perusahaan Azzam yang tengah mengalami musibah.
Sekarang sudah pukul 20.15, dimana Qilla sedikit mulai mengantuk, berhubung istri Azzam baru saja pulang dari arisannya, akhirnya Qilla punya teman ngobrol. Mereka mengobrol di balkon atas.
"Suami kamu kan kaya, mumpung kamu masih muda ya porotin dong" ajakan sesat Ranti.
Qilla ingin mengangguk, tetapi ia ingat kata kata dari Arkan waktu di depan kolam ikan kecil, "jadi istri itu jangan cuma hambur hamburin uang suami, suami juga kerja pake keringat, bukan cuma pake omong doang"
"Gaboleh gitu mbak, kalo suaminya udah nggak ada kan nanti repot? Mending ditabung aja" ucap Qilla dengan bijaksana.
"Yaelah, denger denger kamu juga dulu matre banget kan? Asal kamu tau, saya ini dulu mantan tetangganya Gheva"
Qilla diam seribu bahasa, "jangan membicarakan masa lalu mbak, lebih baik membicarakan masa depan"
"Sok sokan banget kamu"
Qilla tersenyum manis sembari meminum teh hangat yang sudah disediakan oleh pembantu dirumah Ranti dan Azzam.
"Denger denger kamu keguguran dua kali ya? Kasian banget suami kamu"
Qilla yang tengah meminum teh nya langsung berhenti, ia menghela nafas berat, "denger denger, mbak juga udah nikah 2 kali ya? Kasian banget ya suami mbak dapet istri janda"
Ranti diam, salah siapa membangunkan katak yang tengah tidur, jadi loncat loncat kan bicaranya. Ia kini sangat malu karena menurut Ranti itulah aib besarnya.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara motor yang berhenti didepan pintu rumah. Ranti langsung melongok untuk melihat siapa yang datang itu.
"Ngapain lagi tu anak pulang, hih beban banget" gumam Ranti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband...
Nonfiksi"Ats tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy Syamsu hadiyatush shayf, waz zuhuru, hadiyyatur Robi, ya Humaira" ucap Arkan berbisik di telinga kanan Qilla. "A-apaan sih!, minggir!" Qilla mendorong bahu Arkan agar menjauh darinya, jika tidak bisa bahaya kal...