3.

186 42 0
                                    

Playlist : Willamette Stone - Heart Like Yours

*****

 "Pantas dari tadi aku kayak merasa familiar gitu sama Kak Aru."

Rinjani sudah senyum-senyum sendiri seolah baru saja menerima hadiah ratusan juta.

"Kak, Aru, kan yang saat itu ketahuan sama aku dan Mas Ranu sedang pacaran bermesraan sama Mas Binar waktu kalian masih SMA?"

Mampus aku!

*******

Aku tidak menyangka Rinjani masih mengingat kejadian sembilan tahun lalu itu. Pasalnya saat itu dia masih kecil dan itu adalah pertemuan pertama sekaligus terakhir kami. Berbeda dengan Ranu yang saat itu sudah kuliah, yang jelas punya daya ingat tinggi. 

Bahkan saat itu kami dimarahi habis-habisan olehnya. Diceramahi banyak hal tentang etika, kesopanan, cara menjaga diri dan apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang yang masih seumuran kami, seolah kami tidak tahu itu semua. Bukannya tidak tahu apa yang kami lakukan saat itu salah, kami kan hanya khilaf saja. Namanya juga anak muda yang rasa ingin tahunya tinggi. Lagaknya kayak dia nggak pernah melakukannya saja. Padahal aku yakin dia pasti sudah pernah melakukan hal yang lebih dari apa yang aku dan Binar lakukan saat itu.

Dan sejak saat itu Ranu seperti sangat membenciku. Selalu bersikap dingin, acuh, dan sinis tiap bertemu, seolah aku pembawa pengaruh buruk bagi Binar, karena setelahnya dia menyuruh Binar memutuskan hubungan kami, padahal saat itu hubunganku dengan Binar baru berjalan dua minggu.

*****

Setelah acara pertemuan hari itu kami mengadakan acara pertemuan dua keluarga. Dan dari kesepakatan bersama, pernikahanku dan Binar akan dilangsungkan tiga bulan lagi di mana bertepatan dengan tanggal lahir Binar, yaitu 15 Mei. Katanya itu hari baik untuk kami. Aku juga tak mengerti baiknya bagaimana karena menurutku semua hari adalah baik.

Setelahnya kami disibukkan dengan berbagai kegiatan. Dari mulai mencari jasa WO, penyewaan gedung, pemilihan konsep, fitting gaun, katering, undangan, souvernir dan masih banyak lagi. 

Tentunya hal itu tidak berjalan dengan mulus tanpa hambatan begitu saja. Apalagi mengingat karakter kami yang sama-sama keras. Aku dan Binar sering berbeda pendapat tentang beberapa hal,  contohnya saat memilih gaun pengantin Binar lebih suka gaun ala-ala putri Disney sedangkan aku lebih suka memakai adat jawa dengan kebaya. Terlihat lucu memang, seorang pria macho tapi ingin acara pernikahannya menggunakan konsep cerita dongeng. 

"Aku lebih suka kamu pakai ini, Sayang," kata Binar menunjuk embroidered ballgown yang ada di katalog. Kami sedang berada di butik khusus gaun pengantin, dengan tujuan awal adalah pengukuran badan, karena konsepnya sendiri sudah diputuskan sebelumnya.

Tapi apa yang sekarang dikatakan Binar? Hadeh. "Tapi, Binar, konsep pernikahan kita kan adat Jawa- Indonesia. Gimana bisa aku pakai gaun kayak gitu, coba?" protesku mengingatkan Binar kalau kita sudah deal soal konsep sebelumnya.

 Binar mendengus karena keinginannya tidak bisa kupenuhi.

"Kalau gitu kebayanya buat ijab aja, yang ini untuk resepsi," lanjutnya.

"Kan, sudah disepakati saat resepsi nanti aku bakal pakai dodot kemben gitu kayak Nagita Slavina. Kamu udah oke loh waktu itu."

Lagi-lagi Binar mendengus, dan berdecak. 

Ketika Jodoh Tak Bisa MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang