*****
Ini benar-benar di luar ekspektasiku. Bukan di luar lagi! Melainkan karena aku benar-benar tidak berani lagi berekspektasi tinggi pada Binar, tapi apa yang kutemukan akhir-akhir ini benar-benar tidak pernah terbayangkan olehku barang sedikitpun.
Setelah pengakuannya hari itu Binar benar-benar berubah. Dia seolah bermetamorfosis menjadi sesuatu yang lain yang sebenarnya bagus, karena dia sudah mulai jarang nongkrong bareng teman-teman balap motornya, mabuk-mabukan atau melakukan hal-hal yang kurang berfaedah lainnya, dia jadi lebih betah di rumah, lebih perhatian terhadap Bunda, lebih suka bercanda dengan Rinjani dan sesekali mengajakku bicara layaknya saudara. Hanya saja, sebagai orang yang selama ini memperhatikannya, hal itu justru membuatku takut. Takut jika itu hanyalah pengalihan dari apa yang sebenarnya ia sembunyikan. Aku hanya takut Binar berpura-pura baik-baik saja padahal tidak.
Dia yang mulai lebih sering berada di rumah nyatanya lebih membuatku khawatir dari pada saat Binar keluyuran, berlaku seenaknya dan pulang malam nyaris subuh. Setidaknya saat itu aku tahu kalau dia benar-benar merasa menjadi dirinya sendiri dan bahagia. Sedangkan sekarang ... entah aku tidak tahu apa yang sedang ia rasakan dan sembunyikan. Apakah fia bahagia atau tidak.
Dan perubahan sikap Binar yang demikian drastis, benar-benar membuatku semakin merasa bersalah padanya. Bagaimanapun aku mengambil andil besar atas perubahannya itu, dan sekarang aku tidak tahu harus melakukan apa untuk membantunya selain hanya bisa memperhatikannya dari jauh dan siap sedia jika dia membutuhkan bantuanku untuk hal apa pun itu.
Binar benar-benar berubah kali ini. Berubah dalam arti yang sebenar-benarnya. Dari Binar yang begajulan menjadi Binar yang alim dan sopan. Kupikir hal ini hanya akan berlangsung sementara, hanya selama dia sedang menyembuhkan diri dari luka hatinya pasca putus dengan pacarnya itu, tapi nyatanya aku salah, perubahan Binar bahkan sampai dia lulus SMA berlanjut hingga kuliah dan wisuda.
Walaupun memang pernah ada suatu kondisi di mana aku mendapati dia kadang sedikit murung dan tidak bersemangat tapi aku juga kadang mendapati dia luar biasa senang. Entah apa yang saat itu membuatnya senang. Aku tidak pernah tahu, karena Binar tidak pernah mau mengaku tiap aku menanyakannya. Atau dia hanya akan menjawab ambigu seperti, "Ya, hanya berhasil mengalahkan satu lagi." Selalu itu jawaban yang ia berikan yang sama sekali membuatku tak paham.
Dan dari semua hal itu ada satu hal yang aku perhatikan darinya yang membuatku semakin merasa bersalah berkali-kali lipat dari pada sebelumnya. Ternyata saat itu dia tidak main-main dengan ucapannya yang mengatakan kalau dia begitu mencintai Arunika. Karena setelah putus dengan gadis itu Binar tidak pernah terlihat berpacaran lagi dengan siapapun, baik itu selama ia kuliah atau saat dia sudah bekerja. Mungkinkah perubahannya ini karena Arunika? Apakah demi gadis itu Binar rela berubah sampai seperti ini? Kalau jawabannya iya sungguh dosaku benar-benar sangat besar pada Binar.
Dan untuk Binar yang tidak pernah dekat lagi dengan gadis manapun itu, aku pernah merasa takut jika orientasinya mulai berbeda. Secara pergaulannya hanya dengan laki-laki dan maraknya kasus LGBT saat ini. Apalagi jika mengingat perasaannya terhadap Arunika yang terpaksa ia matikan di saat dia sedang cinta-cintaannya, bukan mustahil jika hal itu terjadi pada Binar.
Tapi kekhawatiranku ternyata sia-sia saat Binar mengajak Arunika main ke rumah, memperkenalkannya sebagai kekasihnya lagi dan mengatakan jika mereka akan menikah.
Saat mereka meminta restu jelas aku merestui hubungan mereka karena aku melihat sorot mata bahagia dari keduanya dan betapa besar rasa cinta yang mereka miliki untuk satu sama lain, terlepas dari apa pun masa laluku dengan Arunika.
****
"Bagaimana?" tanyaku pada Binar yang sedang memperhatikan para pekerja WO yang sedang menghias halaman rumah dengan bunga-bunga dan tenda-tenda mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jodoh Tak Bisa Memilih
Romance#odocthe_wwg #projectRomance Tanggal 15 Mei seharusnya menjadi hari yang bahagia bagi Arunika, justru menjadi hari yang menyedihkan baginya. Karena pada hari itu ia gagal menikah dengan Binar, kekasihnya karena sebuah kecelakaan yang membuat Binar m...