****
Hubungan kami benar-benar memburuk. Jauh lebih buruk daripada sebelumnya malah. Karena aku benar-benar kecewa pada Ranu yang dengan sengaja memaksakan kehendaknya padaku.
Aku tahu, kalau itu hanyalah sekedar ciuman. Hal yang seharusnya menjadi sesuatu yang lumrah untuk dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Tapi, masalahnya pernikahanku dengan Ranu bukan pernikahan normal pada umumnya. Kami menikah karena terpaksa. Tidak ada cinta di antara kami. Jadi kurasa ciuman bukanlah hal yang seharusnya terjadi di antara kami. Apalagi yang dilakukan Ranu termasuk kategori pemaksaan. Dan bukankah dulu Ranu juga pernah mengatakan kalau dia tidak akan memaksaku dan tidak akan melakukan hal yang tidak kusukai? Lalu apa kemarin aku terlihat menyukai tindakannya yang tiba-tiba menciumku?
Tidak, kan?
Mungkin bagi Ranu itu hanyalah ciuman biasa. Atau hanya iseng belaka. Dia tidak pernah tahu kalau ciuman yang biasa baginya itu bisa membuatku kembali mengingat kenangan lama yang selama ini coba kukubur dalam-dalam dalam ingatan. Dan gara-gara sikap impulsif Ranu sekarang ingatan itu kembali menyeruak dan membuatku merasakan mimpi buruk itu lagi. Mimpi yang sama persis seperti kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu di saat aku mengalami pelecehan seksual dari pria asing yang bahkan sampai sekarang aku tidak tahu siapa dia.
Saat itu aku sedang bertengkar dengan Wisnu, pacarku. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah saat itu. Wisnu yang kukenal adalah seseorang yang sangat baik, penyayang, perhatian, kalem dan alim.
Aku sangat mencintainya, karena setelah sekian lama akhirnya aku menemukan seseorang yang bisa menggeser jejak Binar dalam hatiku. Wisnu benar-benar sosok yang sangat aku tunggu-tunggu kehadirannya setelah sekian lama aku pacaran dengan orang-orang secara asal dan sembarangan.
Aku sangat bergantung padanya. Aku mempercayakan hidupku padanya. Aku yakin kalau Wisnu pasti akan menjagaku seperti Binar dulu. Kami menjalani hubungan dengan baik. Kami melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang positif. Kami bercerita banyak hal. Tidak ada kebohongan dalam hubungan kami. Hingga akhirnya aku menceritakan tentang aku dan Binar yang dulu hampir melakukan perbuatan terlarang.
Awalnya Wisnu hanya menanggapi biasa saja. Dia tidak menyalahkanku. Bahkan dia mengatakan kalau hal seperti itu lumrah untuk orang-orang di usia kami yang saat itu rasa ingin tahunya tinggi. Tapi setelah beberapa waktu berlalu, sikap Wisnu mulai berubah. Dia mulai posesif. Dia mulai suka mengatur-atur. Bahkan Wisnu juga mulai membatasi pada siapa aku bertemu dan berteman. Aku merasa seperti terkekang dan sama sekali tak mempunyai kebebasan.
Dan yang paling parah saat itu adalah, Wisnu mulai sering melakukan kontak fisik denganku. Entah itu pelukan. Entah itu ciuman yang awalnya cuma di kening, lalu di pipi kemudian merembet ke bibir dengan intensitas yang semakin hari semakin sering. Bahkan dia pernah terang-terangan mengajakku untuk cek-in di hotel.
Aku yang mulai jengah dengan sikap Wisnu hanya bisa selalu menolak setiap dia meminta aneh-aneh padaku. Dan disitulah permasalahan kami dimulai.
Penolakanku ia anggap sebagai tidak adanya rasa cinta padanya. Hingga dia selalu membanding-bandingkan hubungan kami dengan Binar dulu yang baru terjalin satu minggu tapi aku sudah hampir melakukan 'itu'.
Aku pikir Wisnu akan mengerti dengan keadaanku saat aku menceritakan itu, tapi nyatanya justru hal itu ia jadikan alasan untuk selalu memojokkanku.
Hingga akhirnya pada suatu hari aku memergokinya sedang bercumbu dengan salah satu teman sekampus kami di kamar kontrakannya, di saat aniversary satu tahun hubungan kami.
Tentu saja hal itu sangat membuatku syok. Aku merasa seolah tanah yang kupijak runtuh seketika dan menyisakan lubang besar yang menelanku jatuh ke dalamnya. Aku tidak percaya Wisnu bisa melakukan itu. Wisnu yang aku kenal bukan orang yang bisa melakukan hal nista itu. Dia tidak mungkin melakukan perbuatan zina di saat setiap harinya selalu mengingatkanku untuk salat dan agama.
Tapi saat aku menegurnya, sesuatu yang sama sekali tak kusangka keluar dari mulutnya.
"Ini bukan hanya kesalahanku, Aru. Kamu juga salah di sini. Andai kamu mau setiap aku mengajakmu, aku tidak akan melakukan ini. Aku laki-laki normal. Aku butuh pelampiasan. Aku dan Lia tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya Friend With Benefit saja. Dia akan menjadi teman saat aku denganmu, dan akan menjadi benefit saat kamu selalu menolakku."
Sontak saja aku langsung menamparnya. Wisnu sama sekali tak mengelak ataupun membalas saat aku mengatainya dengan umpatan-umpatan kasar. Ternyata aku telah salah memilihnya. Ternyata apa yang ia perlihatkan di luar tak sebagus isi di dalamnya. Ternyata dia tak seperti Binar yang saat itu langsung memutuskanku karena takut dia akan menjadi ancaman terbesar dalam hidupku.
Malam itu dengan pikiran panas dan hati yang kacau aku mengiyakan ajakan Dina, salah satu teman sekampusku untuk pergi ke kelab. Di sana, untuk pertama kalinya aku meminum minuman keras yang katanya obat paling mujarab untuk menghilangkan pikiran kacau seperti yang kurasakan.
Hingga aku tak tahu berapa gelas yang sudah aku habiskan malam itu. Yang aku rasakan hanya panas di tenggorokan yang semakin menjadi seiring banyaknya minuman beralkohol yang kuminum, dan kepalaku yang awalnya sudah sakit karena Wisnu semakin bertambah sakit. Bahkan rasanya seperti mau pecah.
Aku bahkan tidak tahu siapa yang menyapaku saat itu. Aku juga tidak tahu kemana orang itu membawaku. Yang aku rasakan hanya sebuah pelukan hangat di saat aku menangis meraung-raung menangisi nasibku.
Dan di saat aku terbangun di pagi harinya, aku mendapati diriku dalam keadaan telanjang bulat di dalam kamar hotel tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhku, ada beberapa bekas kissmark di leher dan di beberapa bagian tubuhku. Dan aku tidak tahu, siapa laki-laki yang sudah melakukan itu padaku.
***
Aku gegas berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perut yang saat itu memang sudah kosong. Kurasakan keringatku bercucuran, jantungku berdetak tak beraturan. Meskipun aku sudah muntah-muntah hingga tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan aku tetap saja merasa mual.
Inilah yang kurasakan setiap mengingat kejadian itu. Bahkan aku masih ingat dengan jelas bagaimana pandangan Wisnu saat melihatku di hari itu. Dia mengataiku pelacur, wanita murahan, lonte, cewek naif dan munafik begitu melihat kissmark yang ada di leherku, di saat aku selalu menolaknya yang berstatus pacarku justru aku memberikan diriku pada pria asing yang bahkan aku sendiri tak tahu siapa dia.
Hingga akhirnya hubunganku dengan Wisnu kandas. Dan orang-orang tahunya akulah penyebab retaknya hubungan kami, karena tidak mungkin Wisnu yang terkenal alim bisa berselingkuh di belakangku.
Setelah hari itu, aku mulai mendapatkan tatapan-tatapan sinis dan mencemooh dari orang-orang. Bahkan kadang-kadang aku mendengar sindiran-sindiran kasar yang ditujukan padaku.
Dari situlah aku mulai bermimpi buruk setiap malam. Aku selalu ketakutan bagaimana jika pria asing itu kembali mendatangiku. Padahal jelas itu tidak mungkin. Bagaimana bisa di mendatangiku di kamar tidurku.
Dan seiring tatapan orang-orang padaku, aku mulai merasa jijik pada diriku sendiri. Padahal aku yakin kalau malam itu tak terjadi apa-apa pada 'diriku'. Karena aku tidak merasakan perubahan apa pun pada area pribadiku.
TBC
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jodoh Tak Bisa Memilih
Romance#odocthe_wwg #projectRomance Tanggal 15 Mei seharusnya menjadi hari yang bahagia bagi Arunika, justru menjadi hari yang menyedihkan baginya. Karena pada hari itu ia gagal menikah dengan Binar, kekasihnya karena sebuah kecelakaan yang membuat Binar m...