Entah apa yang merasukimu

15 2 0
                                    

Tak kusangka undangan psikotes kerja datang sangat cepat setelah menghadiri job fair. Ajaibnya aku gak tau itu perusahaan apa. SMS-nya hanya berisi undangan psikotes, jam dan alamat perusahaan. Setelah kutelusuri lebih lanjut, ternyata itu perusahaan importir stainless steel.

Sebenarnya ada dua, satu undangan psikotes, satu lagi interview. Tapi untuk yang interview sudah kuminta re-sechedule jamnya dan diperbolehkan.

"Win, ini tempatnya jauh gak ya? Aku naik apa ke sana biar hemat?" Windalah tempat bertanya yang tepat.

"Glodok? Lumayan sih ini. Hm, bentar," dia ngecek aplikasi di HP-nya. Sayangnya dalam keadaan buta arah di Jakarta begini, HP-ku yang kupesan online belum nyampe juga.

"Naik busway koridor 9 yang ke arah Pluit, nanti kau turun di Penjaringan. Terus dari situ naik busway koridor 12 yang ke arah Sunter, turun di Jembatan Merah. Dari sana paling naik ojek atau angkot ke Glodok."

Demi apa, aku gak paham perkataan si Winda. Koridor, jaring, senter, peluit. Peluit?

"Tapi ongkos buswaynya murah, kan? Supirnya suka ngambil lebih gak? Atau harus uang pas?"

Winda menarik nafas panjang. "Bayarnya gak pake apa uang."

"Lah, masa pake daun?"

"Makanya dengar dulu. Bayarnya pake kartu beginian," dari dalam dompetnya Winda ngeluarin kartu seukuran KTP. Aku langsung teringat kartu yang dikasih sepupuku di Tangerang kemarin.

"Kalau ini bisa gak?"

"Nah itu kau punya. Ada saldonya gak?"

"Entah."

Winda pun menjelaskan tata cara naik busway ini sambil menunjukkan aplikasi Tije di HP-nya. Menjelaskan halte-halte yang akan kulewati sampai tiba di halte tujuan. 

Keesokannya aku pun naik busway sendirian ke lokasi psikotes. Winda gak mau menemaniku meski kusogok nasi padang. Tes psikotesnya dimulai jam 9. Aku udah tiba di halte jembatan merah jam 8. Selanjutnya, di jembatan penyeberangan aku bingung mau ke kiri atau ke kanan. Arah mana kah Mega Glodok Kemayoran ini?

Seorang mas-mas yang tak diketahui namanya bersedia kurepotkan. "Naik angkot aja, Mbak. Paling 4 ribuan. "

Setelah mendengar kalau naik angkot hanya 4 ribuan, aku langsung melupakan saran Winda untuk naik gojek dari halte jembatan merah ke MGK. Ada yang lebih murah begini juga. Bahkan sebelum sampe di bawah JPO, udah banyak angkot yang ngantri dan berisik membunyikan klakson.

"MGK, Bang?"kuhampiri angkot paling depan.

Dibalas dengan anggukan. Tadinya aku pengen duduk di samping pak kusir supir, supaya bisa sambil tanya-tanya. Tapi niat itu kuurungkan setelah melihat tampang tak ramah si supir. Mukanya kusut, kayak habis kalah taruhan. Karena gak pengen dilibas, aku pun mendaratkan pantat di kursi penumpang bagian belakang dan berharap semoga pas sudah nyampe di MGK si supir teriak : MGK! MGK! Saat itulah aku akan turun. Informasi waktu : 08.18 WIB. Ujian dimulai jam 09.00.

Kuamati penumpang satunya-satunya di dalam angkot, laki-laki usia 60-an. Kuberanikan diri untuk meminjam HP-nya. Aku mau ngecek google map.

"Pak, mohon maaf, boleh pinjam HP sebentar tidak? HP saya ketinggalan. Mau cek lokasi tes kerja."

Setelah memberikan pandangan 'yakin situ mau ke lokasi tes kerja? Bukan mau nyopet?', akhirnya si bapak meminjamkan HP-nya. Segera kubuka google map, dan mengetikkan 'Mega Glodok Kemayoran.' Seiring melajunya angkot, titik yang menandakan posisiku semakin mendekati titik merah lokasi tujuan MGK.

200m ..

150m..

90m..

10m..

THE NAKED JOBSEEKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang