I Dont Speak English

5 1 0
                                    

Zaman memang sudah sangat canggih. Saking canggihnya kita gak perlu membawa map berisi lamaran pekerjaan terus nanya door to door apakah disana ada lowongan pekerjaan. Sekarang semuanya dalam genggaman. Tinggal buka gadget, scroll di aplikasi pencari kerja. Beragam perusahaan, posisi dan gaji ditawarkan di sana. Bahkan kita bisa melamar perusahaan multinasional dan internasional lintas benua.

Tapi sepertinya kecanggihan ini terlalu awal buat anak kampung sepertiku. Apalagi karena bahasa inggris yang aku bisa hanya sebatas how are you - i'm fine thank you. Sering aku klik tombol lamar sekarang meski pun gak tau maksud job title dan deskripsi kerjaannya apaan. Salahkan mereka yang pasang iklan loker bahasa inggris. Kenapa iklan lowongan pekerjaan juga pakai bahasa inggris, coba? Kita kan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland!

Kayak iklan loker ini :

----WE ARE HIRING : DRAFTER----

Qualification : -Max 25 years old

-Min diploma in relevant field. Fresh graduate are welcome

-Have a good sense and passion in art, design, and fashion especially streetwear.

-Digital design skills and fluent in Adobe Photoshop and CorelDraw. Adobe Illustrator is a PLUS

-Ability to work as part of a team in a collaborative and flexible way


Aku jelas gak tau drafter itu apa. Dari iklan loker itu yang (penting) kutangkap hanya usia maksimal dan fresh graduate dibolehkan. Sisanya aku gak paham. Aku pun klik apply now. Begitulah akhirnya seorang sarjana teknik pertambangan (tanpa skil) sepertiku melamar selusin pekerjaan lain yang tidak kupahami kerjaannya apaan kayak : UX designer, SEO spesialist, copy writer, digital marketer.

Gak aneh kalau aku masih menganggur sampai sekarang dan gak ada undangan wawancara. Itu semua karena aku gak tau apa yang aku lamar. Kalau aku gak tau apa yang kulamar, apalagi perusahaan. Perusahaan mana yang ceroboh mengundangku wawancara begitu melihat CV-ku yang gak relate sama posisi yang dilamar.

Tapi kata Coldplay if you never try you will never know. Dan itulah yang terjadi. Salah satu korban asal klik apply-ku menghubungi untuk interview. Waw, interview - langsung? Maksudku, biasanya tahapan rekrutmen karyawan dimulai dari tes tulis kayak psikotes. Kalau lulus, baru lanjut ke wawancara.

"Dengan ibu Magdalena?"

"Iya, saya sendiri." Mulai deg-deg an takut ada kerabat yang minta barangnya dikirimin lagi. Terus kejadian terperangkap di apartemen dengan kondisi kelaparan terulang lagi.

"Saya dari PT. Fontex, ibu pernah apply di perusahaan kami dari jobsdb?"

Loading. Kayaknya pernah..

"Darimana tadi, Bu?"

"PT. Fontex."

Kok kayak merk celana dalam ya.

Katanya beliau Mrs Chaterine, HRD PT Fontex mau undang wawancara secara online dari video call whatsapp. Ini demi kebaikan bersama, mencegah penyebaran virus dibanding kalau aku langsung ke kantornya (padahal belum tentu keterima). Setelah telepon diputus, buru-buru kucek riwayat lamaran kerjaku di jobsdb. Ternyata memang ada. Posisi yang kulamar : Digital Marketer !

Apaan tuh? Aku gak tau apa yang dilakukan oleh seorang Digital Marketer. Bahkan kedengarannya bukan kayak manusia, tapi robot.

Mari analisa dari namanya. Digital Marketer. Hm, mungkin saja dia manusia. Karena ada kata market berarti dia jualan. Bisa aja dia jualan baju seken di Senen tapi dengan cara yang lebih elit : tokonya bukan dipenuhi baju yang bergantungan, melainkan lusinan monitor canggih  menampilkan koleksi baju seken.

THE NAKED JOBSEEKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang