New normal, New Contest

15 0 0
                                    

Setelah kurang lebih tiga bulan PSBB, pemerintah mulai menerapkan konsep New Normal. Tempat umum, pusat perbelanjaan, rumah makan, rumah ibadah mulai beroperasi kembali.

Saat ini, keuanganku sekarat. Gimana gak sekarat. Gaji udah ditransfer tapi cuma Rp.1,142,857. besoknya aku langsung komplain.

"Pak, ini kok saya terima gaji gak sesuai kesepakatan di awal ya? Katanya meski belum dapat klien tetap dapat gaji pokok 3 juta?"

Pak Charli yang lagi ngetik sesuatu di HP-nya langsung bangkit berdiri. Tentunya setelah menaikkan celananya sampai ke bawah perut buncitnya. 

"Memangnya kamu terima berapa?"

"Cuma 1 juta lebih dikit, Pak."

"Tapi kamu tau, Len? Di kantor ini peraturan berubah-ubah. Tergantung mood si bos bule. Itu juga berlaku untuk gaji."

Hah?

"Gak bisa gitu dong, Pak."

"Bisa Len. Makanya disini karyawannya keluar masuk. Ini saya lagi ngundang kandidat buat interview besok."

Aku kesal bukan main. Jiwa aktivisku berkobar karena merasakan ketidakadilan ini. Pengen banget rasanya menerobos ke ruangan si bos bule itu. Tapi aku pengecut. Aku hanya kembali ke mejaku.

"Man, lu dapat berapa?"kutanya si Firman yang barengan ttd kontrak sama aku.

Si Firman dengan lesu nunjukin m-banking nya. Rp. 990.000.

"Lu kan pernah gak masuk sekali?" tanyaku.

"Iya. Kamu dapat berapa, Len?"

"Pokoknya gak sesuai kesepakatan di awal. Ini kantor gimana sih? Gak jelas ya," aku berbisik. 

Jam kerja berjalan terasa sangat lambat hari itu. Saat pulang, di busway aku memasang headshet. Fix You mengalir lembut menemani suasana hati yang gak begitu baik. Kira-kira, berapa orang di luaran sana lulusan teknik pertambangan yang gajinya sejuta per bulan? Kalau kawan-kawanku yang kerja di perusahaan tambang tau, kira-kira gimana respon mereka? Ketawa? Mengejek?

Dari halte busway aku masih harus jalan kaki sekitar 20 menit sampai ke rusun. Di kiri kanan jalan banyak makanan yang bikin perut keroncongan. Mulai dari sate, bakso, nasi goreng. Ah, pengen beli tapi gaji cuma sejuta.

Nyampe di kosan, tadinya pengen langsung tidur. Eh, situasi tidak mendukung. 

Speaker bluetooth meneriakkan Kill This Love-nya Blackpink diikuti Kak Sondang joget-joget gak jelas di depan kaca. Terus Yanti yang video call-an sambil teriak-teriak.

Huft. Aku gak berhak kesal. Ini tempat mereka. Mereka yang bayar. Aku hanya menumpang gratis. Dengan malas aku mengisolasikan diri ke balkon kecil tempat biasa jemur kain. Pemandangan gedung apartemen mewah diseberang langsung terlihat.

Kukeluarkan HP dari saku celana. Ada WA dari Pak Charli.

Lena kurang berapa emang? Sini no rekeningnya, saya transfer.

Meski menggiurkan, tapi aku mencoba tetap bersikap keren. Gak usah Pak. Thank you. Tiba-tiba aku sadar udah lama gak kontakan sama seseorang. Kucari kontaknya – Butet.

"Woi, Kak Lena kampret," suara di seberang terdengar bersemangat.

"Hai, Tet. Gimana kabar.

"Baik, bro. Kok kau gak pake 'loe-gue' sekarang."

"Pake sih, tapi ke anak Jakarta aja." 

Kami tertawa.

----------------

THE NAKED JOBSEEKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang