Probation II

10 1 0
                                    

Akhirnya setelah sebulan lebih dua minggu menyesuaikan diri di bawah bimbingan Ce Lili, datang juga hari dimana aku harus handle customer. Dengan jantung yang gak berhenti berdetak (yakali jantung berhenti berdetak), aku berdiri mengikuti morning briefing. Sebelum bekerja diawali dengan pembacaan visi-misi perusahaan, etika kerja, update informasi dari Pak Lucas dan diakhiri doa.

Setelah duduk ke meja masing-masing, aku bengong gak tau mau ngapain. Gak lama setelah bengong, telpon di ruangan itu serentak berdering. Tiba-tiba semua yang diajarkan Ce Lili selama hampir dua bulan ini lenyap entah kemana. Termasuk cara mengangkat telpon.

"Lena, coba kamu angkat telponnya," – Kak Vina.

Mampus aku. Apa yang harus kubilang kalau udah kuangkat?!

"Se..se..selamat pagi NPS, ad..ada yang bisa dibantu?"

"........."

"Dengan saya Lena." Huft, lupa nyebut nama di awal.

"......."

"Darimana tadi Pak?"

"......."

"Sebentar ya," dengan tangan gemetar kutekan tombol hold.

"Ce Lili, dari Lion Wings," aku setengah berbisik ke Ce Lili di sebelahku. Ce Lili kelihatan tidak senang.

"Terus? Itu kan customer-mu, handle aja Lena."

"Sini.. sini ke saya aja. Kamu bikin SQ ini aja," Kak Vina menyerahkan selembar kertas. Aku menerima dengan patuh. FYI, SQ atau Sales Quotation adalah penawaran penjualan yang berisi jenis dan harga barang kepada customer (pelanggan). SQ sifatnya masih penawaran, sehingga masih ya.. abu-abu, belum tentu jadi purchase order (PO) dan masuk omset.

Setelah handle customer, rasanya jarum jam berdetak lebih lambat. Beda pas aku masih belajar sama Ce Lili. Padahal belum ada seminggu, tapi kayak udah seabad jadi sales di NPS. Segala sesuatu kuandalkan termasuk ikut ibadah pagi.

Menurut Kak Sondang, 2 kali dalam sebulan ada kebaktian singkat di kantor yang mendatangkan pengkhotbah dari gereja. Kebaktian ini sifatnya gak wajib sebenarnya. Tapi lumayan 45 menit duduk santai dengarin khotbah tanpa dering telepon. Mungkin anda berpikir otak saya licik karena menunda pekerjaan dengan alasan keagamaan. Hm..  

"Kadang kita terlalu fokus dengan ambisi. Sampai melupakan bahwa di dunia kita hanya sementara.." –Pendeta.

Alih-alih menyimak khotbah, aku jelalatan ngeliatin orang-orang yang hadir di kebaktian. Dan di sanalah seseorang yang mirip si Kenan duduk di baris depan. Selesai kebaktian aku mengirimkan WA.

Aku : tadi ikut ibadah pagi ya, atau aku salah liat.

Kenan : iya, aku ikut kok tadi. Pakai baju kotak-kotak merah.

Kenan : oh, kirain km non Kristen.

Kenan : aku katolik wkwkwk.

Ya lord, seiman pulak. Kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau bukan, lebih dekatkan lagi.

Keberadaan si Kenan di gedung ini jelas jadi salah satu pemicu semangat di tengah-tengah mumetnya penyesuain diriku dengan lingkungan kerja. Karena pintu masuk Horizon Steel di lantai 4 pintu, aku bebas liat dia keluar masuk setiap hari. Terlepas dari penat rutinitas 8 ke 5 setiap hari, aku semangat ke kantor karena ada yang membuatku excited.

"Lena, PO Sungai Budi mana?" Ce Lili menghamburkan lamunanku. Tadi dia memintaku untuk memfotokopi beberapa dokumen. Setelah selesai aku membawanya ke meja, tanpa menyusunnya karena di belakangku udah ada in-sal lain yang antri fotokopi. Tapi di mejaku gak kutemukan PO yang dimaksud.

THE NAKED JOBSEEKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang