Survival of the fittest

6 2 0
                                    

Adalah teori yang membahas perjuangan untuk bertahan hidup. Dicetuskan oleh Spencer dipopulerkan oleh Darwin. Menurut Darwin, organisme terbaik dalam beradaptasi dengan lingkungannya adalah mereka yang paling berhasil dalam bertahan hidup.

Dalam keadaan pandemi saat ini, yang dibutuhkan memang penyesuaian diri. Kabar burung akan ada lock down besar-besaran membuat banyak orang menyetok kebutuhan pokok di rumah. Aku ikutan nyetok, tapi bukan makanan melainkan obat maag. Sebagai pengangguran aku harus melatih ususku supaya bisa melupakan rasa bernama 'lapar'.

Berbagai cara sedang kuusahakan. Termasuk salah satunya mendaftar sebagai relawan covid karena dengar-dengar mereka dapat fasilitas tempat tinggal, makan, dan uang saku. Itu semualah yang kubutuhkan saat ini. Aku tau, kesannya egois. Bukan karena tergerak kemanusiaan, tapi karena aku frustasi belum dapat kerjaan. 

Tapi saat membuka website rekrutmen relawan itu, kekecewaan lah yang menyambutku. 'Maaf, halaman ini sudah tidak menerima tanggapan lagi'. Aku bertanya-tanya, apakah mereka yang melamar semua tulus ikhlas atau ada yang kayak aku?   

Padahal scene keren udah muncul di otakku kalau aku keterima jadi relawan covid 19. 

Sebut saja judulnya : Lock Down.

Tentang virus mematikan yang menyerang warga bumi. Pemerintah menutup semua akses jalan dan tempat umum, kecuali penjual makanan. Kerusuhan terjadi karena berebut makanan di supermarket. Sementara korban terus berjatuhan, vaksin belum berhasil diciptakan. Beberapa orang yang punya stok makanan memilih berdiam diri di rumah dengan tenang. Yang tidak punya stok makanan perlahan mati bukan karena virus itu melainkan karena kelaparan.

Di suatu tempat bernama Indonesia, ada cewek usia 20-an yang putus asa mencari pekerjaan. Ia pun memutuskan menjadi orang berguna untuk terakhir kalinya. Ia mendaftar jadi salah satu relawan. Bersama dengan para dokter dan tenaga kesehatan menangani korban yang tiap hari bertambah. Pada suatu ketika keadaan semakin genting di posko kesehatan, si cewek pun menelpon kedua orang tuanya.

"Bapak, Ibu. Apakah kalian akan bangga jika anakmu jadi orang kaya atau mati karena menolong orang?"

Ibunya membalas, "Kenapa lagi harus kau tanya? Tentu yang pertama. Ngapain menolong orang lain kalau hidupmu sendiri susah."

Bapaknya membalas, "Kalau aku nak, aku lebih bangga kalau kau menolong orang lain. Tapi kalau bisa, jangan mati sebelum menikah."

Si anak pun menangis terharu. "Ingatlah Bapak, Ibu. Aku mencintai kalian. Apapun yang terjadi jangan pernah menyalahkan siapapun."

Klik. Telepon terputus.

Di akhir kisah si cewek ini mengorbankan dirinya sebagai percobaan vaksin. Kurang beruntung, vaksinnya belum sempurna. Si cewek pun mati sia-sia. Bahkan kematiannya disembunyikan rapat-rapat

Tamat.

Ting.

Tepat selesai berkhayal sebuah pesan masuk ke HP-ku.

Undangan training dari perusahaan pembiayaan yang tempo hari pernah interview online. Bukan, bukan Fontex.

***

Tiga bulan semenjak covid melanda. Aku masih menumpang di kos Yanti dan Kak Duma. Pemerintah menetapkan kebijakan baru, PSBB : pembatasan sosial berskala besar. Banyak kantor sudah menerapkan sistem kerja dari rumah. Tapi tidak dengan kantorku dulu. Buktinya Yanti dan Kak Duma masih berangkat tiap pagi.

"Mail, kau di kos aja, kan? Minta tolong nanti terima paketku ya."-Yanti. Aku yang masih golek-golek di tempat tidur mendadak ingat undangan training itu.

THE NAKED JOBSEEKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang