Part ini 4158 kata, semoga gak akan bosenin.
Sebelumnya mohon maaf kalo lebih panjang:")Happy Reading All❤
Jangan lupa tinggalkan jejak:)
●●○○●●
📌
Orang baik harus vote dulu;)~~~
Antonius-- Satu nama itu yang saat ini terngiang-ngiang dalam pikiran seorang Jovanka. Selama 22 tahun hidup di dunia, Jovanka berani bersumpah bahwa sekali-kalinya dia punya yang namanya musuh, dan itu pun satu-satunya. Dia Antonius, Teman satu kampus, satu jurusan kuliah entah kenapa bisa berakhir menjadi musuh seorang Jovanka.
Daripada punya musuh, Jovan itu tipe lelaki yang lebih suka memperbanyak teman. Dan kalaupun dia punya bukan tanpa sebab, itu artinya dia yang Jovan sebut-sebut sebagai musuh sudah berbuat suatu hal fatal yang Jovan tidak suka, atau membuat dia terusik sehingga sampai dia sebut itu musuh.
"Aletta?"
Berulang kali Jovan terus meyakinkan dirinya sendiri, bahwa dia tidak salah dengar bukan? Jovan yakin seribu kali, karena hebatnya perempuan itu mempunyai ruang tersendiri di dalam hatinya Jovan, sehingga mendengar suaranya sekilas pun. Tidak, bahkan jika Aletta melewatinya tanpa sepengetahuan Jovan pun. Jovanka pastikan hanya dengan menghirup harum parfum dari gadis itu yang selalu sama, dia akan tahu kalau itu adalah Aletta.
"Ale, itu kamu kan?" Jovan kembali buka suara, gak peduli dengan terdengarnya tawaan meledek dari Antonius yang terus mengganggu indra pendengarannya.
"Anton. Ayok pergi."
Jovan terkesiap, cepat-cepat melangkah maju tanpa arah, intinya dia hanya mencari titik dimana Aletta berada. Tetapi lagi-lagi keadaan seolah mempermainkan Jovan, karena baru akan melangkah maju Jovan justru lebih dulu mundur akibat segelas cola miliknya yang masi tersisia setengah, tumpah begitu saja sampai mengenai punggung kakinya yang hanya pakai sandal jepit. Sontak membuat beberapa orang di sana memperhatikan, sebagian memperhatikan Jovan dengan tatapan iba, lalu sebagian lagi memberikan sorot tidak suka.
"Aletta?"
"Kak Jovan!"
Satu langkah lagi akan maju, Jovan urung. Suara Tristan yang berjalan mendekat mampu mencegah segalanya, sementara tatapan dingin yang dia berikan terutama pada kedua orang yang terlibat, membuat Aletta cepat-cepat melangkah keluar dengan menarik paksa lengan kekar milik Antonius.
Bagaimana Jovanka? Lelaki itu menunduk. Menunduk sangat dalam. Dia tahu hubungannya dengan Aletta telah lama berakhir, bahkan buat berharap Jovanka justru akan memilih untuk tahu diri lebih dulu. Karena kenyataannya perempuan itu terlalu enggan, bahkan hanya untuk menatap wajah seorang Jovanka.
Setidak berarti itu Jovanka Adidava Tarigan untuk Aletta saat ini. Tetapi yang menjadi pertanyaannya hanya satu, Kenapa harus bersama Antonius?
"Kak?" suara Tristan membuyarkan lamunannya. Sejenak Jovan membuang napas lebih dulu sebelum wajahnya mengangkat kemudian tersenyum.
"Pulang yuk dek."
Tidak langsung menjawab, Tristan geming lebih dulu melihat senyum di wajah Jovan. Sayangnya itu terlalu palsu untuk dia saksikan saat ini.
"Kak gapapa?" dia kembali memastikan, berharap Jovan akan menjawab sejujur-jujurnya. Ataupun kalau kakaknya itu bakalan menangis sekarang juga, Tristan sama sekali tidak masalah.
"Gapapa."
Singkat. Tapi Tristan harap jawaban tidak apa-apa itu memang benar adanya, walaupun 100% dia tidak begitu yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah Datang
Teen FictionSEBAGIAN PART DI UNPUBLISH DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN:) "Tristan, seperti apa bentuk cahaya di atas langit sana? Kakak hampir lupa. Apa kelihatannya sekecil harapan untuk kakak bisa lihat mereka lagi? Apa intensitas terangnya mampu malampaui harapa...