10 part menuju ending readers!!! Jangan pergi dulu ya. Aku tahu kalian pengen lihat Jovan berhasil kan? Aku juga tahu kalian pengen lihat Antonius dapet karma kan? Dan semuanya sudah aku persiapkan dan aku tulis dengan sebaik mungkin, endingnya pasti tidak akan mengecewakan kalian. Aku jamin😊
Note : 2 spoiler kemarin bukan berarti harus kalian temukan di part ini ya. Aku kasih spoiler murni untuk kesimpulan dari cerita ini supaya kalian bisa menduga-duga akhirnya akan seperti apanya. Tapi tetep 2 spoiler itu akan kalian temukan di part selanjutnya, entah keberapanya. Terimakasih❤
☆☆☆☆
Mungkinkah kujalani
hidup tanpa cinta, tanpa dirimu.
Haruskah kurelakan keadaan ini
Meski tak mampu, ku hidup tanpamu-Hidup Tanpamu-
📌
Wajib vote sebelum baca○○》《○○
Dalam setiap pijak langkah kaki yang membawanya kemari, dalam relung kepalanya Anya teringat akan banyak kenang-kenangan tentang Tristan di tempat ini. Jembatan penyebrangan selalu di isi oleh orang-orang berkekurangan, sudah dua pengemis yang dia dapati ketika menginjakan kaki di sini dan mayoritas wanita dengan usia rentan. Dari atas sana, hiruk pikuk ibu kota terlihat amat kentara. Ruas jalan layang beberapa meter di hadapannya sudah kembali di bangun dan hampir jadi. Satu tempat kenangan yang sempat ia katakan indah.
Dan setidaknya sebelum ruas jalan itu benar-benar jadi lalu di isi dengan ingar bingar, Anya ingin melihat jalan itu sekali lagi walau mesti di sambut bayang-bayang Tristan yang ujung-ujungnya membuat dia terjerumus kembali, lukanya yang sempat kering kembali basah.
Tapi sesuatu yang di cap indah tak akan selamanya indah bukan?
Dulu sekali di tempat yang sama di mana Anya berpijak sekarang ini. Dia ingat, disaat dia bercerita "Seneng deh kalau drama yang aku tonton happy ending."
Tidak ada jawaban, Anya sampai beberapa saat memperhatikan Tristan di sampingnya yang memaku seumpama jagatnya berhenti. Entah karena kata-katanya atau mungkin karena pemandangan di depan sana lebih menarik perhatiannya.
"Tristan?!!"
Yang diteriaki tertawa, "Iya dengerr."
Namun tidak serta merta menjawabnya dengan penuturan yang sejalan, pria di sampingnya malah seakan-akan memikirkan hal lain.
"Kalau ending filmnya bahagia, terusannya gimana?"
"Ya kalau film udah happy ending, ya selesai, gimana si?!"
Tristan melepas tawa ke udara, seakan mengartikan bahwa arah pembicaraannya tidak bermaksud kesitu.
"Setelah sempat dipisahkan oleh jarak, akhirnya cintanya pak Habibie kembali juga untuk bu Ainun. Lalu mereka nikah dan hidup bahagia... kalau kita cuman lihat kisah mereka sampai disitu, kita bakal beranggapan bahwa kisahnya pak Habibie dan bu Ainun itu happy ending. Tapi apa yang terjadi di keesokan harinya, apa ada yang tahu? Bahkan mereka sendiri gak tahu."
Anya geming, entah kenapa hatinya berdesir tanpa sadar. Berdesir dengan maksud, dia tidak bisa untuk tidak mengiyakan.
"Seandainya ending besok bakalan bahagia, terus gimana besoknya lagi? Gimana sama lusa?" kata Tristan, Anya berkerut kening sebab pembicaraan pria ini yang keluar jalur.
"Jadi kalau ending besok bahagia... itu artinya lusa belum tentu, gitu maksud kamu?"
Tristan tidak sepenuhnya membenarkan, tapi dengan gerak pelan kepalanya mengangguk penuh ragu sebatas berharap itu tak benar-benar ada. "Kamu lihat cuaca. siang ini panas, nanti sore bisa jadi hujan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah Datang
Ficção AdolescenteSEBAGIAN PART DI UNPUBLISH DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN:) "Tristan, seperti apa bentuk cahaya di atas langit sana? Kakak hampir lupa. Apa kelihatannya sekecil harapan untuk kakak bisa lihat mereka lagi? Apa intensitas terangnya mampu malampaui harapa...