Kalau suka sama cerita Tarigan jangan lupa vote, boleh di share juga ke teman-teman kalian, boleh bantu ramaikan di tiktok dengan hastag #tariganwattpad. Terima kasih💙
Selamat membaca💙
📌
Vote dulu yaw;)
Manusia itu lahir dan diciptakan punya prinsip dan pendirian hidupnya masing-masing. Kemana saja dan pada apa saja dia memilih. Tanpa paksaan ataupun tanpa ada yang memerintah, mereka hanya berhenti pada sesuatu yang mereka suka juga sesuatu yang mereka sebut cocok dan pas. Suatu waktu ketika Tristan dibingungkan dengan dua pilihan antara harus memilih eskul design grafis atau kelas melukis, karena keduanya hal yang berbeda. Lalu ayah bicara.
"Kemana pun hati kamu memilih, ikuti saja. Jangan kemakan omongan orang apalagi jangan sampai ikut-ikutan teman. Hidup itu perlu berprinsip dan punya pendirian. Apa yang hati kamu katakan benar dan tepat maka ikuti. Tapi kalau seandainya hati kamu bilang ragu atau kurang tepat, maka jangan di paksa. Karena sesuatu yang di paksa, nantinya gak akan baik."
Sama seperti ketika Jovan memukuli habis-habisan seorang Antonius beberapa tahun silam. Hanya karena diantara mereka Antonius lah yang paling babak belur, maka yang lebih di nyatakan salah adalah Jovan. Waktu itu di depan ayah, Antonius, juga bapak Wedo Cakara selaku bapak dari Antonius. Jovan di minta untuk meminta maaf, lantaran yang mereka tahu Jovan hanya memukulinya tanpa sebab yang pasti. Tapi tidak dengan ayah.
Saat itu ayah tidak memaksa Jovan untuk meminta maaf. Ayah hanya bicara, "Kalau kamu merasa salah ya minta maaf." Hanya kalau dia merasa salah. Ayah menekankan kata itu. Sama seperti yang ayah sering bilang, bahwa hidup berprinsip itu penting. Maka dengan begitu alih-alih memohon maaf, Jovan justru menggeleng mentah-mentah. Prinsipnya; meminta maaf kalau merasa bersalah, kenyataanya; Jovan tidak pernah merasa bersalah. Yang ada dia merasa puas sebab bisa memberi pelajaran Antonius.
"Jovan, Tristan.. hidup manusia tanpa prinsip itu ibaratkan kita menanam sebuah pohon tapi tanpa akar. Lalu apa yang akan terjadi sama pohon itu? Ya, gak akan tumbuh. Jangankan di terpa badai, kesenggol sedikit juga pasti dia akan jatuh... kita jadikan hidup kita itu seperti pohon, lalu prinsip kita adalah akarnya. Mau sehebat apapun badainya, kalau akar pohonnya kokoh maka pohonnya gak akan tumbang."
"Hidup berprinsip itu penting!" adalah nasihat ayah yang akan selalu mereka ingat sampai kapan pun itu. Termasuk bagaimana minggu kemarin Tristan begitu rela membiarkan wajahnya babak belur demi menghajar habis-habisan seorang Antonius, itu prinsipnya. Dan Tristan tidak pernah menyesal akan keputusannya kala itu.
Di hari minggu pada suatu pagi nan cerah, Tristan bisa dengar burung-burung berkicauan dari berbagai sisi, seolah-olah kumpulan burung tengah mengitari atap rumah mereka. Sang bagaskara perlahan mulai naik di ufuk timur, tanda buana sudah membuka hari. Pria itu tersenyum pada bayangannya sendiri di cermin yang sudah ganteng bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah Datang
Fiksi RemajaSEBAGIAN PART DI UNPUBLISH DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN:) "Tristan, seperti apa bentuk cahaya di atas langit sana? Kakak hampir lupa. Apa kelihatannya sekecil harapan untuk kakak bisa lihat mereka lagi? Apa intensitas terangnya mampu malampaui harapa...