Kalau suka sama cerita tarigan, jangan lupa di share ke teman-teman kalian ya. Boleh bantu ramaikan di tiktok juga dengan hastag #tariganwattpad atau kalau quotes yang ada di sini kalian jadikan caption atau story boleh bangedd, tapi jangan lupakan wm nya😊
Kita lanjut,.. Selamat membaca💙💙
📌
Vote dulu ya;)Sebagian part di unpublish untuk kepentingan penerbitann. Setelah part ini kalian akan loncat satu angka, karena part 22 aku unpublish demi kepentingan penerbitan, terima kasih🥰🫶
○○》《○○
Padahal rasa-rasanya baru 15 menit yang lalu Tristan menyaksikan patung pancoran yang berdiri tegap diantara hiruk pikuk jalanan ibu kota sembari berkendara. Dia lamati dalam-dalam bentuknya, posisinya, kemudian pada banyaknya kendaraan lain yang juga melewati. Mengabadikan langit dan keadaan kota Jakarta yang menurutnya cukup indah untuk di pandang siang ini, terutama karena kadar intensitas suhunya juga yang tidak begitu panas seperti biasanya.
Namun kali ini dia justru malah menyaksikan langsung di depan mata kejadian jambret yang tertangkap basah dan nyaris hampir babak belur di pukulin warga, kalau saja seandainya polisi tidak cepat-cepat datang menyelamatkan. Hanya dengan begitu Tristan ngeri dibuatnya, sebab melihat luka-luka lebam juga darah mengalir dari wajah pelaku yang samar-samar terlihat karena di kerubungin banyak orang. Maka tanpa ingin menyaksikan lebih jauh lagi, Tristan memutuskan untuk mempercepat laju motornya.
Sekitar 2 jam lagi waktu siang hampir berakhir. Tidak seperti biasanya, hari ini Tristan pulang dari sekolah seorang diri. Tadi sewaktu dia ke kelas Anya untuk mengajak gadis itu pulang, dia menolak dengan alasan mau mampir dulu ke rumahnya Tania, teman sekelasnya Anya. Lalu tanpa bertanya lebih banyak, Tristan hanya mengiyakan. Walaupun jauh dalam benaknya ia berpikir lain, entah karena kejadian 3 hari yang lalu atau mungkin hanya dugaan belaka. Tapi setelah kejadian itu Tristan rasa Anya banyak menghindarinya.
Kalau biasanya setiap malam Anya selalu merengek untuk minta video call, tapi dua hari ini tidak dia temukan Anya yang seperti itu. Anya masih marah? Tapi atas sebab apa? Sepanjang jalan yang di telusurinya sejak keluar dari pagar sekolah, hanya pertanyaan-pertanyaan itu yang memenuhi isi kepalanya. Lalu tiba-tiba saja kejadian 3 hari lalu yang menimpa Anya, Tristan gabungkan dalam pikirannya dengan kejadian jambret barusan.
Di situ lah dia mulai berpikir, kalau kenyataannya mau seindah apapun Jakarta... eksistensi kota ini jauh dari kata aman.
Ada helaan napas berat begitu Tristan menstandar motornya di pertengahan antara kendaraan lain. Baru di luar saja Tristan sudah bisa tebak kalau warung lagi ramai-ramainya, tidak salah seperti yang ayah ceritakan waktu itu. Kerja keras ayah dan bunda, kini bisa begitu nampak nyata ketika dalam pikirannya dia bandingkan keadaan warung beberapa tahun lalu dengan keadaan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah Datang
Dla nastolatkówSEBAGIAN PART DI UNPUBLISH DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN:) "Tristan, seperti apa bentuk cahaya di atas langit sana? Kakak hampir lupa. Apa kelihatannya sekecil harapan untuk kakak bisa lihat mereka lagi? Apa intensitas terangnya mampu malampaui harapa...