09. Cerita Di Bawah Hujan

1K 236 861
                                    

VOTE JANGAN DI LUPAIN!!!

Happy Reading all💙

°°°

📌

Vote dulu yah;)

Pagi hari ini diawali dengan mendung juga gemuruh petir yang saling menggelegar di atas langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari ini diawali dengan mendung juga gemuruh petir yang saling menggelegar di atas langit. Biarpun begitu, hujan belum benar-benar turun. Masih tanda-tanda mungkin sebentar lagi, tapi sih Trsitan berharapnya semoga tidak akan turun hujan atau kalaupun turun gerimis-gerimis kecil tidak langsung deras. Alasannya pertama, karena dia tidak punya jas hujan sebenarnya bisa aja pinjam punya nya ayah tapi gimana sama Anya nanti? Gak mungkin juga kan cuman dia yang pakai, atau misalkan dia rela ngalah dan Anya yang pakai itu bisa saja. Tapi kayaknya Tristan pikir dua kali sebelum melakukan itu, karena gak mau juga datang-datang ke sekolah dalam keadaan basah kuyup.

Seperti biasa telor ceplok selalu menjadi menu sarapan andalannya keluarga bapak septio, atau kalau bukan telor, biasanya pagi-pagi begini ayah suka pinjem motor Tristan untuk beli nasi uduk. Selain dari itu mentok-mentok nasi goreng kecap pakai jamur. Alih-alih itu roti dengan selai seperti pada film-film ftv, bunda lebih setuju kalau keluarganya sarapan dengan nasi. Alasannya karena katanya, nasi itu lebih padat dari pada roti jadi sudah pasti memberikan rasa kenyang yang lebih lama.

Jangan pernah lupa kalau Jovanka itu bukan laki-laki yang kalau tidur kebonya minta ampun seperti Tristan. Karena kadang tanpa di bangunin pun Jovan seperti sudah mempunyai alarmnya sendiri, bangun pagi hanya untuk menemani bunda masak atau sapu-sapu halaman biarpun itu hanya sebatas mendengarkan aduan solet dengan penggorengan, juga sapu lidi dengan rumput. Seperti hari ini, dimana bunda sedang fokus masak di dapur sementara Jovan di ruang makan yang jaraknya 3 langkah doang dari dapur, duduk di sana sambil senyum-senyum tidak jelas. Bukan sebab gila! tapi mencium aroma masakan bunda saja, sudah membuat dia membayangkan seperti apa rasanya. Biarpun telor ceplok setiap pagi, atau nasi goreng kecap. Tapi sekali pun Jovanka tidak pernah bosan dengan masakan bunda.

"BUNDAA!!"

Teriakan Tristan yang tiba-tiba setengah nongol dari atas tangga. Sudah tidak ada lagi hening bahkan mungkin suara petir pun kalah dengan teriakan Tristan yang terdengar nyaringnya seisi rumah.

"Kaos kaki Tristan ada dimana?" Tristan turun satu anak tangga, lalu seketika tubuhnya lebih terlihat dibanding sebelumnya.

"Ada di lemari! Bunda selipin diantara baju."

Lalu si bungsu mengangguk. Baru sedetik Tristan kembali naik dan hendak menuju kamarnya, bapak Septio tergopoh-gopoh mengikuti gerakan Tristan tadi.

"BUND!!"

"Apa sih? Bund-band-bund-band-bund. Ini gak anak gak bapak sama aja!" bunda jengah, nyaris sampai membanting solet di tangannya untungnya tidak jadi.

"Kaos yang dapet dari nyoblos ada dimana ya bund?"

Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang