VOTE JANGAN LUPAA!!!
Ayok dong jangan jadi pembaca tak kasat mata ya, serem soalnyaa:")
Happy Reading all💙
●●○○●●
Kata orang cinta itu perihal rasa nyaman yang tumbuh seiring waktu berjalan diantara kedekatan dua insan yang akan jatuh pada cinta itu sendiri. Lalu sebagian orang juga berpendapat kalau katanya cinta itu tumbuh karena terbiasa. Terbiasa bersama, terbiasa saling membagi suka dan duka, sampai pada titik mereka sadar kalau nyatanya keduanya saling membutuhkan satu sama lain.
Lantas alasan apa yang bisa membuat dia menaruh hati untuk gadis ini? Tiba-tiba saja dalam benaknya, Aruna bertanya begitu.
Jam menuju waktu istirahat langkah Aruna berhenti sejenak di ujung koridor yang masih sepi, lalu tersenyum damai pada sosok yang tengah berlari kecil kearahnya. Aruna tidak paham kenapa hanya dengan melihat Anya yang berjalan menuju kearahnya, senyuman tulus dari hati mengembang begitu saja. Itu refleks, bahkan tanpa dia sadarin.
"Novel kamu Na. Aku lupa, maaf." lalu dia lihat tangan gadis ini menyodorkan novel dengan sampul putih yang memang Aruna tahu, kalau itu miliknya.
Seperti hujan yang jatuh ke bumi. Lelaki itu diam sejenak memperhatikan sebait judul dari buku karyanya Boy Candra yang baru Anya kasih. Kalau dipikir-pikir Aruna baru sadar, kenyataannya perasaan dia jatuh begitu saja tanpa pernah dia tahu apa alasannya atau mungkin tanpa pernah dia inginkan, seperti hujan yang jatuh ke bumi. Sebab hujan tak pernah punya alasan kenapa dia jatuh, atau kalaupun dia punya alasan berarti tandanya Aruna keliru. Mungkin baiknya seperti ini, hujan punya alasan kenapa dia mesti jatuh. Tapi hatinya tak beralasan untuk jatuh, biarpun itu pada tempat yang salah. Karena sedikit saja lelaki itu tidak akan pernah lupa akan siapa dirinya disini atau siapa dia yang Aruna sukai.
"Udah beres emang bacanya?"
Anya mengangguk, terus bersemangat sendiri. "Keren banget novelnya!"
"Iya kan? Emang keren banget." laki-laki itu ikut tersenyum.
Anya hanya mengangguk pertanda sekali lagi gadis itu setuju, yang praktis membuat mereka saling diam sebentar. Sadar dengan suasana yang mendadak sunyi, di detik berikutnya Aruna kembali bersuara.
"Eh iya Nya. Rekomendasi drakor lagi dong, yang kemarin udah tamat."
"Eumm," Anya mengulum bibir. "Udah nonton my name belum?"
"Belum." Aruna menggeleng, spontan langsung disambut jentrikan jari dari Anya.
"Nonton deh Na, itu keren banget."
"Serius?"
"SERIUS! gak kalah keren dari vincenzo." tekannya sambil berwah. Diam-diam Anya sudah tahu kalau Aruna lebih minat film yang bergenre action, jadi sebelum memberi rekomendasi dalam pikirannya gadis itu memilih-milih dulu, karena jujur Anya lebih sering nonton drakor yang genrenya romance kalau action atau thriller gitu dia jarang-jarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah Datang
Teen FictionSEBAGIAN PART DI UNPUBLISH DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN:) "Tristan, seperti apa bentuk cahaya di atas langit sana? Kakak hampir lupa. Apa kelihatannya sekecil harapan untuk kakak bisa lihat mereka lagi? Apa intensitas terangnya mampu malampaui harapa...