📌
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy Reading All💙
~~~~
Suatu waktu Jovan pernah membaca sebuah elegi sederhana dari beranda instagram, bunyinya seperti ini. 'Diantara mereka yang memilih pergi, masih ada beberapa yang tinggal dan bertahan. Bahkan burung pun tidak selalu semuanya terbang meninggalkan sangkar, ada juga sebagian yang memilih tinggal, menjaga tempatnya.'.
Itu artinya yang pergi biarkan pergi, karena pergi atau tidaknya itu pilihan. Lalu yang tinggal-- sudah sepatutnya di jaga.
"Dua hari kemudian juga bakalan sembuh." Ingat ketika ayah bicara begitu? Ketika malam itu Jovan hanya balas anggukan, dia bahkan tidak pernah terpikirkan kalau pada akhirnya ucapan ayah akan sepenuhnya benar. Dua hari setelah ayah bicara begitu, luka kaki Jovan mengering, dan semakin membaik. Malah dia sudah lepas perban, jadi hanya tinggal pemulihan.
Pukul 10 lewat 20 menit, hari selasa pagi Jovanka sudah dibuat bahagia rasanya karena kedatangan tamu tak terduga. Begitu bunda menjadi orang yang membuka pintu, wanita itu langsung teriak-teriak manggil Jovan yang posisinya lagi dalam kamar.
"Kak, ada temanmu nih!"
Gak perlu banyak tanya, karena dalam pemikiran dia sudah bisa tebak siapa yang datang dan bertamu. Teman Jovan waktu di kampus itu banyak, di setiap pelosok kelas bahkan jurusan dia punya setidaknya 2 atau 3 teman. Tetapi begitu Jovan seperti sekarang, teman yang dia punya terhitung oleh jari karena hanya beberapa yang bertahan.
Sampai Jovanka sadar, bahwa ruang lingkup pertemanan yang sesungguhnya itu ya, seperti ini. Beberapa datang ketika senang saja, beberapa juga ada yang menetap karena sungguh.
"Woi Van, ini gue. Inget kagak?"
"Aheng!" Jovan menunjuk-nunjuk, entah akan tepat sasaran atau tidaknya, kemudian tertawa gamblang.
Apa yang lucu? Entah dia sendiri tidak mengerti, tetapi begitu semuanya yang dia jaga pergi dan hilang. Jovan tidak lagi menuntut yang tidak-tidak pada keadaan, yang dirinya inginkan hanya-- kebahagian sederhana seperti ini.
Pria yang diduga bernama Aheng itu kegirangan sendiri, lalu tanpa ada yang memerintah pindah duduk di samping Jovan setelah sebelumnya hadap-hadapan beda sofa.
"SarAhengyeo!" dia berbisik dengan nada sensual, membuat Jovan bergedik ngeri apalagi ketika hembusan napas Aheng menyentuh kulit-kulit lehernya yang praktis bulu kuduknya berdiri ramai-ramai.
"Najis dihh najiss!" celetuknya disertai geleng-geleng, sementara berhasil mengundang gelak tawa yang lain.
"Gue Van, gue. Kalau gue inget gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah Datang
Teen FictionSEBAGIAN PART DI UNPUBLISH DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN:) "Tristan, seperti apa bentuk cahaya di atas langit sana? Kakak hampir lupa. Apa kelihatannya sekecil harapan untuk kakak bisa lihat mereka lagi? Apa intensitas terangnya mampu malampaui harapa...