15. Waktu Bersama

662 160 794
                                    

Jangan lupakan votenya•

Serasa pagi tersenyum mesra
Bertiup bayu, membangkit sukma
Adakah esok kau senyum jua?
Memberi hangatnya sejuta rasa

-Sabda Alam-

○○》《○○

Di hari minggu pagi setelah salat subuh, Tristan sudah dibuat bingung dengan Ayah yang tiba-tiba melarangnya untuk tidur lagi padahal biasanya kalau hari libur dia tidak pernah mempermasalahkan selagi Tristan sudah melaksanakan salat subuh, itu gak masalah. Awal pikir ayah akan mengajak lari pagi, atau kerja bakti seperti biasanya. Tapi setelah keempatnya berkumpul, dan duduk di ruang tengah dengan ramai suara lagu spongebob dari televisi. Ayah, bilang kalau katanya.

"Hari ini ayah dan bunda bakalan libur jaga warung."

Tristan sama Jovan sudah berkerut kening pertanda heran, beda dengan bunda yang malah mesam-mesem seperti sudah tahu akan kelanjutannya.

"Kok? Tumben yah?" Tristan bingung.

"KITA MAINN!!" Ayah berteriak sampai suaranya mengisi penuh rumah pagi itu, dilanjut dengan suara Jovanka dan Tristan yang juga bersorak kegirangan.

"Main kak, mainnn!!" Tristan dengan kelakuan randomnya tiba-tiba kembali memperjelas pas beberapa centi dekat kuping Jovan sembari menggoncangkan pundak Jovan berkali-kali, membuat kakaknya itu praktis mengusap-usap telinganya yang malang.

Namun alih-alih ada rasa ingin menggeplak mulutnya Tristan, Jovan malah membiarkannya begitu saja.

"Main kemana, yah? Bukannya warung lagi rame?"

Sebelum mengiyakan ajakan ayah, Jovanka malah lebih dulu ingat kalau dari kemaren-kemaren ayah cerita mengenai warung yang lagi ramai-ramainya. Sesuai ajaran bapak Septio sejak dua putranya masih kecil sampai sekarang, untuk jangan selalu hanya mementingkan diri sendiri. Jovan malah lebih dulu kepikiran kerjaannya ayah dan bunda, dari pada rencana main yang ayah bilang barusan.

"Hari ini warung kita tutup dulu kak, jadi waktu ayah sama bunda buat kalian dulu," bunda buka suara didukung anggukan penuh arti dari ayah.

"Iya. Baru sadar ayah, belakangan ini jarang punya waktu buat kalian."

Entah kenapa suasana disana seketika berubah, sudah tidak ada lagi gerak gerik tidak jelasnya Tristan yang sedari tadi menyender di pundak kakaknya, yang ada hanya saat ini anak itu menunduk terharu. Hampir dia lupakan kalau semenjak warung ayah dan bunda buka cabang, mereka jadi lebih sibuk dan jarang ada di rumah beda dengan dulu sewaktu warung masih satu-satunya, itupun masih kecil-kecilan, ayah dan bunda lebih banyak di rumah. Entah, mungkin karena waktu itu jumlah pembelinya juga gak sebanyak sekarang.

Tristan masih menunduk, sementara Jovan mengulas senyum. "Kebetulan si, Jovan lagi pengen main hehe." diakhiri dengen kekehan, tanpa dia sadar tertawanya menular ke Tristan setelah itu ayah lalu bunda.

"KAMAR MANDI AKU BOKING! PERTAMA!!" melewati anak tangga kayu satu persatu, Tristan lari tunggang langgang setelah mengambil handuk dari kamarnya.

"KAKAK DULUAN AH, GAMAU! KAKAK KAN MANDINYA LAMA!" Jovan yang juga bawa handuk dari ruang tengah buru-buru nyusul Tristan, walau cara jalannya seolah tanpa arah. Tapi biarpun tidak bisa lihat, dia jelas ingat betul letak kamar mandi ada di sebelah mana.

Namun mau secepat apapun langkah seorang Jovanka, dia jelas tidak akan bisa menjadi pemenang. Hingga berakhir menarik napas pasrah, ketika adeknya itu berteriak.

"Siapa cepat dia dapat!!" disambung dengan suara gubrakan dari pintu kamar mandi yang tertutup.

"BUNDA! KAOS KAKI TRISTAN YANG GAMBAR KEPALA MACAN CUMAN ADA SEBELAH, SEBELAH LAGI HILANG.. GAK ADA!"

Terbit[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang