Rama sudah sampai di kediamannya dan disusul oleh Kemal yang sedang memarkirkan motor Rama.
Kemal tidak peduli jika acara Sertijabnya ditunda atau bahkan dibatalkan. Yang Kemal pikirkan saat ini adalah kondisi Ayra. Kemal tidak menyangka jika efeknya akan separah ini.
Rama sudah membopong Ayra menuju kamar tamu yang letaknya berada di lantai bawah.
"Tadi dia sempet sadar, manggil nama lo. Gue keluar sebentar ya, mau buat teh hangat." Ucap Rama yang sudah merebahkan Ayra dan memberi waktu untuk Kemal dan Ayra bicara.
Jujur saja, Rama tidak tahu apa permasalahan diantara mereka berdua. Rama pun tidak ingin mencari tahu. Rama hanya sebatas menolong Ayra yang notabenenya adalah mahasiswi bimbingannya.
"Oke, bang. Thank you,"
Rama sudah melesat keluar dan menuju dapurnya untuk membuat teh manis hangat untuk Ayra.
"Raa.." Ucap Kemal lirih sambil membelai rambut Ayra lembut.
Ayra mulai membuka matanya perlahan dan mengerjapkannya berkali-kali, ia melihat sekelilingnya, ini adalah tempat yang asing baginya.
"Hai," Suara Ayra masih terdengar lemas.
"Sorry... I didn't mean to, gue bener-bener nggak punya keberanian buat bilang ke elo tentang kelakuan Dion sama kakak sepupu gue, I'm sorry—"Ucap Kemal dengan nada yang sedikit tercekat. Jujur saja, di sini bukan hanya Ayra yang tersakiti, tapi para sahabatnya juga. Melihat Ayra tidak berdaya seperti ini juga membuat hati Kemal sakit.
Ayra bangun dari tidurnya perlahan dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjang, kepalanya masih sakit dan ia merasa badannya lemas seperti tanpa tulang, "Sssttt... Forget about it. Gue nggak marah kok sama lo, gue malah berterima kasih karena dugaan gue selama ini terbukti. Bukan karena gue yang terlalu overthinking atau insecure."
"I'm sorry, nggak seharusnya gue cerita ini di saat hubungan lo sama Dion mulai membaik. I'm feeling guilty right now, gue cuma nggak mau lo tersakiti, Ay. Niatnya gue nggak mau ceritain hal ini, tapi begitu gue tau lo mau ke Bandung, karena Dion nggak ada kabar, gue rasa lo harus tau kebenarannya."
Ayra hanya menatap Kemal penuh tanda tanya, "Maksud lo, Dion menghilang karena..."
"No, gue nggak berpikir kalau dia melakukan hal itu lagi." Potong Kemal karena ia tahu apa yang ada dipikiran Ayra. "Gue rasa Dion masih cukup waras dan sadar kalau lo adalah tempat dia pulang."
Ayra tidak menjawab, dia hanya memijit pelipisnya berulang kali.
Tok tokk
"Sorry, gue ganggu kalian nggak?" Suara Rama kini menginterupsi pembicaraan mereka.
"Nggak kok bang," Hanya Kemal yang menyahut mempersilakan Rama masuk.
Ayra tampak bingung kenapa ada sosok Rama saat ini.
Rama yang seolah tahu apa yang dipikirkan Ayra pun langsung membuka suaranya. "Lo tadi pingsan, ini rumah gue. Pusat medis tadi udah tutup, dan kalau kita —Rama dan Kemal— bawa lo ke Apartemen nggak memungkinkan, karena jalanan macet." Jelas Rama panjang lebar. "Nih, lo minum dulu," kini Rama menyodorkan segelas teh manis hangat.
Ayra hanya mengangguk dan meminum segelas teh yang diberikan Rama. Badannya benar-benar terasa lemas saat ini.
Suasana jadi hening dan canggung. Kemudian Ayra membuka suaranya. "Lo nggak jadi sertijab, Mal?"
Yang ditanya hanya berdeham dan menggaruk lehernya yang tak gatal itu.
"Just go. Gue nggak apa-apa kok. Lagian kan ada bang Rama di sini." Ucap Ayra yang mengedipkan matanya, memberikan kode kepada Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomanceDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...