Rama memeluk Ayra erat. Semua orang yang melihat atau sekedar melewati lobby bersorak ramai, ada pula yang memberi selamat, dan ada pula yang bersiul menggoda.
"EHMM, cepetan bisa kali, bang!" Sindir Della pada Rama yang masih asik memeluk Ayra.
Kedua sejoli itu tertawa mendengar sindiran Della hingga mereka melepaskan pelukannya.
"Mulai nih?" Entah Rama bertanya pada siapa. Ia terlalu grogi karena di luar dugaannya jika suasana sore ini menjadi ramai.
Radit hanya menggelengkan kepalanya. Adiknya ini benar-benar polos. Tapi ia bisa memaklumi jika Rama sedang nervous.
"Ra," Rama kini mengambil posisi di sebelah Ayra, sambil menggenggam kedua tangan wanitanya.
"So, first off, I think you are like the most adorable person I've ever met. I fell in love with your voice, but I never heard it say my name. I fell in love with your eyes, but they never saw mine. I fell in love with your smile, but I was never the reason for it. I've fallen in love with you, but you've forgotten I exist. I've been waiting for a long time. For eight years," Rama mengulum senyumnya. Tak sedikit orang yang bisa menutupi rasa keterkejutannya. Sorak sorai semakin terdengar mengisi lobby yang kini sudah ramai menjadi tontonan mahasiswa yang lewat. Tak menyangka ternyata Rama telah memendam perasaannya cukup lama untuk Ayra.
"Every time I talk to you, it makes me smile like a fool." Rama tersenyum dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
Rama menarik napasnya kembali. "You're such an amazing person. Your kind, loving, caring and I love all of those in a person. I'm so glad I found someone like you and that you like me for who I am possibly as much as I like you. I'm so happy we crossed paths and I hope this will work out in the future very soon." Tidak ada satu orang pun yang mengetahui jika jantung Rama sudah tidak bisa diam di tempatnya. Jantungnya berdetak begitu cepat.
Rama menutupi rasa gugupnya dengan sedikit tertawa dan kembali menarik napasnya dalam. Kini ia telah berlutut di hadapan Ayra dengan membawa kotak kecil yang ia simpan dalam sakunya. "So, Qaeera Atthifa Hani, will you marry me?"
Kotak itu berisi satu set perhiasan yang terdiri dari cincin dan kalung beserta liontin yang cantik nan elegan, cocok untuk menghiasi leher jenjang Ayra.
Ayra menutup mulutnya mencoba untuk tidak berteriak di tempatnya saat ini. Juga tidak ada yang tahu jika jantung Ayra berdebar tak kalah hebatnya. Ada rasa aneh di dalam tubuhnya, ia merasa seperti banyak kupu-kupu yang hinggap di dalamnya.
Tepuk tangan dan sorak sorai bergemuruh menjadi satu. Teriakan dan siulan yang kini terdengar di lobby semakin kencang. Tak jarang banyak mahasiswi yang berteriak histeris karena man crush-nya telah melabuhkan hati dengan salah satu mahasiswinya sendiri.
"TERIMA! TERIMA!!" Sorak anak-anak yang menonton pertunjukan romance gratis. Banyak yang mengigit jarinya sambil menatap sendu ingin diperlakukan seperti Ayra.
Wajah Ayra sudah memerah karena menangis terharu. Ayra benar-benar tidak menyangka mendapat perlakuan manis dari pria yang selama ini telah menjaganya, menemaninya disaat ia berada di titik terendah, dan mengobati rasa traumanya. Terlebih Rama melakukan ini di hadapan semua orang. Di tempat yang selalu mereka hindari untuk mempublikasikan hubungan keduanya. Tapi tempat ini pula yang membuat hubungan keduanya menjadi seperti ini. Tempat yang menjadi saksi tumbuhnya benih-benih cinta.
Rama menyeka air mata wanitanya itu. Ayra menganggukkan kepalanya, sambil menggenggam tangan Rama.
"I do." Jawab Ayra yang sudah terisak dalam pelukan Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomansaDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...