30 - Sewindu

179 10 10
                                    

"Lo mau denger cerita gue, Ra?" Tanya Rama yang sempat terdiam. Entahlah, saat Ayra menyebutkan nama Rani justru membuat semangatnya hilang.

"Mau!" Ayra langsung membalikan tubuhnya. Kini ia dan Rama berhadap-hadapan.

Rama tertawa geli melihat reaksi Ayra yang sangat antusias."Kenapa lo kepo banget, sih Ra?"

"Karena lo tuh sering digosipin demen terong. Tapi lo sering digosipin juga sih sama kak Rani. Jadi ada dua kubu deh tuh. Nah sekarang gue mau tau kebenarannya dari lo sendiri." Ucap Ayra nyengir.

Gila! Ternyata begini kelakuan mahasiswa gue? Bisa-bisanya mereka berpikir kalo gue gay!

Rama sempat terdiam, tapi tak lama ia menyunggingkan senyumnya.

"Gue sampai sekarang single itu karena lagi nunggu cinta pertama gue. Lebih tepatnya love at first sight." Rama tersenyum lebar, senyum yang tidak pernah Ayra lihat sebelumnya.

"Really? Woah, so cute! Emang udah berapa lama lo nunggu dia, bang?" Ayra sangat antusias mendengar cerita Rama.

"Delapan tahun deh, kayaknya."

"Haaah?"

"Buset, kayak KPR rumah!" Lanjut Ayra yang tidak bisa menutupi keterkejutannya. Berbeda dengan Rama yang terus menyunggingkan senyumnya.

"Gimana ceritanya, bang?"

"Gue ketemu dia di kolong jembatan. Dia lagi ngerescue anak kucing yang kakinya pincang gitu." Rama mesem, ingatannya kembali ditarik ke delapan tahun yang lalu.

"Terus, another day gue liat dia lagi bagi-bagi buku buat anak jalanan di bawah flyover." Rama menarik napas, senyumnya terus mengembang semakin lebar.

"Long story short, waktu gue ngambil ijazah SMA, gue lihat dia di Mandala. Gue seneng bukan main saat tahu kalau kita satu almamater. Eh tapi, ternyata dia udah punya pacar. Puncak komedinya, ternyata dia ceweknya temen gue."

Ayra terperangah kaget. Ternyata semesta memang se-bercanda itu.

"Setelah putus sama temen gue. Gue mau ngedeketin, eh dia udah jadian lagi sama orang lain. Sial banget emang gue, kalah cepet terus!" Ucap Rama tertawa getir.

Puk puk puk!

"Ih, sad boy banget deh lo, bang!" Ayra menepuk pundak Rama, ia ikut sedih mendengar kisah cinta Rama yang tragis itu.

"Btw, itu cewek kayak belut ya, licin banget."

Rama tertawa mendengar ucapan lucu Ayra yang out of the box.

"Terus sekarang gimana kabarnya dia?"

"Yang gue denger sih, sekarang dia lagi sendiri. Katanya sih udah putus sama pacarnya. Tapi gue ragu, karena dia itu deket banget sama satu cowok." Rama tersenyum nanar.

"Ih, mending lo kejar aja bang! Sekarang juga! Keburu nanti dia diambil orang, nanti lo nyesel lagi. Lo udah dua kali lost chance loh."

"Ya, masa gue kejar sekarang juga, Ra? Udah malem, paling dia lagi tidur," Ucap Rama dengan tatapan yang tak terbaca.

"Ish! Lo tuh nggak pernah serius sih, bang! Makanya crush lo kabur terus!" Ayra mencubit lengan Rama.

"Ini gue serius, ya, bang. Pokoknya lo harus kejar dia sampe dapet! Jangan sampe lo nyesel lagi untuk yang ketiga kalinya."

Entah mengapa, justru Ayra yang terlihat berantusias. Ia berharap Rama bisa mendapatkan love at first sight-nya. Pasti bukan tanpa alasan jika Rama berani menunggu perempuan itu sampai delapan tahun lamanya. Ayra yakin, pasti sosok perempuan itu sempurna dan memang layak diperjuangkan.

Happier Than Ever [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang