42 - Vulnerable

187 12 11
                                    

Ayra menggeliat kecil saat tubuhnya terasa sesak karena ada tangan kekar yang mendekap tubuhnya posesif. Ia membuka matanya dan menatap lurus jam yang berada di dindingnya.

Pukul 03.15

Ayra mendongak ke atas, ia mendapati wajah polos Rama yang sedang tertidur. Dengan keberanian yang Ayra miliki, ia mengusap wajah itu dengan lembut. Jari Ayra menelusuri setiap inci bagian wajah Rama. Jika dilihat sedekat ini, Rama memang kelewat tampan. Pantas saja, dari dulu banyak mahasiswa yang mendewakan Rama.

"Aku tau, aku ganteng kok." Lirih Rama dengan mata terpejam. Entah Rama mengigau atau sebenarnya ia sadar sedari tadi.

Ayra refleks menarik tangannya dari wajah Rama. Ia menutup matanya kembali. Berharap Rama tidak sadar sepenuhnya.

Rama tersenyum karena Ayra terlihat salah tingkah. "Kenapa? Mimpi lagi?" Tanya Rama yang saat ini mengecup puncak kepala Ayra.

Ayra hanya merutuki kebodohannya. Rama itu tipe orang yang sulit bangun dari tidurnya. Berarti kemungkinan saat Ayra menyentuh wajahnya, Rama dalam keadaan sadar.

Ayra goblok! Bisa-bisanya lo ngelecehin dosen sendiri! Batin Ayra.

"Perut gue nggak enak," Cicit Ayra.

Rama mengerjapkan matanya, "Terus kenapa lo grepe-grepe muka gue?"

Ayra membulatkan matanya sempurna, kini ia menatap Rama yang sedang mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Apaan sih! Itu di muka lo ada kotoran." Bantah Ayra sambil mencubit lengan Rama.

"Oh, kotorannya semuka ya, Ra?"

"Ish, udah ah. Awas gue mau pipis, bang." Ucap Ayra yang sedikit memberontak dari dekapan Rama.

"Iya, sayang." Ia kembali mengecup puncak kepala Ayra untuk kesekian kalinya.

"Ya Allah, ubun-ubun gue lama-lama kesedot nih." Gerutu Ayra karena Rama belum melepaskan pelukannya.

Rama tersenyum dan semakin menggoda Ayra dengan terus mengecup puncak kepala Ayra gemas.

"Bang, awas!" Pinta Ayra yang membuat Rama melepaskannya.

Ayra berjalan lunglai. Ia merutuki masa PMS yang menyebabkan low back pain. Perutnya juga terasa kembung sehingga membuatnya tidak nyaman. Mungkin karena semalam ia meneguk dua gelas kopi. Ayra menyesal karena tidak menjaga pola makannya.

~

Ayra memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia memilih meringkuk di sofa sambil memeluk bantal. Perutnya tidak nyaman. Ia juga tidak ingin mengganggu istirahat Rama.

Ah, shit! Turns out, my period came too early. Batin Ayra.

Pantas saja, dari kemarin jiwa jablay Ayra meronta-ronta. Rupanya tamu bulanannya itu datang. Ayra hanya menggelengkan kepala merutuki kebodohannya yang bersikap seperti ulat bulu di hadapan Rama.

Rama yang menyadari Ayra tidak kembali lagi di sebelahnya pun mencari keberadaan Ayra. Ia keluar dari kamar dan melihat Ayra yang sedang meringkuk di sofa dan merintih kesakitan.

"Kenapa?" Tanya Rama yang sudah menghampiri Ayra. "Asam lambung lo kumat, hmm? Mau minum obat?" Ucap Rama sambil mengusap lembut punggung Ayra.

Ayra hanya menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa, Ra?"

"Bloating, pinggang gue juga sakit banget." Rintih Ayra.

"Nyeri haid?" Tanya Rama memastikan. Semua orang pasti paham jika perempuan sudah mengeluh low back pain, bukan?

Happier Than Ever [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang