Benar apa yang dikatakan Anin dan Kemal. Ia tidak bisa meredam semua omongan negatif tentang dirinya. Ayra tidak perlu membuktikan apapun tentang dirinya. Ia tidak butuh validasi. Cukup circlenya lah yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ayra butuh menyegarkan pikirannya sekarang. Ia harus membasuh mukanya yang kusut agar terlihat lebih segar.
"Lo ngapain di sini? Kok nggak balik ke ruangan?" Tanya Ayra yang melihat Della gelisah di depan cermin toilet.
Della sedikit terkejut dengan kedatangan Ayra. "Eh uhmm, ini tanggung, lagi bales email vendor."
Ayra hanya ber oh ria tanpa menaruh curiga pada Della. Ia membasuh mukanya sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ra?"
"Oi,"
Karena terlalu lama menunggu Della berbicara, kini Ayra mematikan keran air dan menyandarkan tubuhnya ke wastafel. "Kenapa, Del? Ada masalah?"
Della tergugup, "uhm nggak apa-apa." Ia tersenyum canggung.
"Lo bohong ya sama gue?" Ayra menatap Della dengan tatapan mengintimidasi. Ia tahu Della sedang menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa sih?" Ucap Ayra yang terus memaksa Della untuk membuka suaranya. Ia paling tidak suka dibohongi, apalagi oleh sahabatnya sendiri. Lebih baik Ayra tahu kebenarannya walaupun itu menyakitkan.
"Rama belum married, kan?"
Ayra membelalakan matanya kaget. Ia sama sekali tidak menyangka jika Della bertanya seperti itu tentang Rama.
"Gila kali lo! Emang gue pelakor?!" Ayra tertawa karena pertanyaan nyeleneh Della. Namun ia menghentikan tawanya saat wajah Della terlihat serius, "Dia masih single kok. Kenapa sih?"
"Ya nggak apa-apa. Gue nanya aja, Ra. Maksud gue know your partner before."
"Kok lo jadi doubting Rama? Kan lo yang semangat banget nyomblangin gue sama dia, Del."
"Iya, gue ngingetin aja, Ra."
"Yaaa, sometimes gue ngerasa banyak hal yang nggak gue tahu tentang Rama, even gue deket ya sama dia. Dia itu jarang cerita tentang dirinya. Jadi kadang gue ngerasa asing aja gitu sama dia. Emang kenapa sih, kok pertanyaan lo gitu?"
"Gue cuma mastiin aja, nyet. Biar lo nggak salah orang lagi." Jawab Della salah tingkah.
Ayra mengernyitkan dahinya. Ia tahu Della sedang menutupi sesuatu. Gerak tubuhnya terlihat gelisah.
"Jujur sama gue, Del. Ada apa?"
Della merutuki kebodohannya yang merasa telah gegabah. Ia tahu pasti Ayra tidak akan berhenti bertanya sampai Ayra tahu apa yang sebenarnya.
"Del, lo tau apa? Just let me know, please."
Ia terdiam. Namun Ayra tetap sabar menunggu Della membuka mulutnya.
"Tadi gue liat Rama di Kindergarten." Della melihat reaksi Ayra yang masih biasa saja.
"Oh, mungkin dia lagi jemput keponakannya." Ayra tidak menaruh curiga sedikit pun. Karena Rama pernah bercerita bahwa Radit telah memiliki anak.
"Hmm, iya. Tapi ... "
Ayra menaikan alisnya sebelah, "Tapi apa?"
"Dia jemputnya sama Rani."
Deg!
Jantung Ayra seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik. Ayra menenangkan hatinya dan berusaha mengendalikan pikirannya. Tentu saja ia tidak akan percaya begitu saja. Walaupun Della sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomansaDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...