Semalam Ayra bisa tidur dengan nyenyak, dan mimpi itu sudah tidak kembali lagi. Tubuh Ayra sudah terasa lebih baik, wajahnya sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya. Demamnya pun sudah menurun. Hanya saja ia masih merasa seluruh badannya sakit.
Cklek!
Pandangan Ayra beralih pada seseorang yang membuka pintunya dan melongok ke arah Ayra.
"Eh, bang Rama! Pagi banget lo ke sini, bang."
Rama hanya nyengir kuda, "Lo udah sarapan?"
"Belum, baru minum susu. Lo sini deh, masa gue sarapan cuma dikasih kentang sama telur rebus sih bang?" Ayra sudah mengerucutkan bibirnya.
"Lo kemarin waktu ngurusin administrasi milihin gue kamar VVIP kan?"
"Iya lah, kan gue ikutin sesuai perintah lo. Gue cuma ngasih asuransi lo aja." Tanpa bertanya pun sebenarnya Ayra sudah tahu bahwa ia sudah tepat berada di kamar VVIP.
"Tapi kenapa makanan gue kayak gini sih, bang? Ini susternya salah kasih, kali ya?" Ucap Ayra merengek, "Gue nggak suka! Nanti kalau kentut gue jadi bau gimana?"
Bukannya menjawab pertanyaan Ayra, Rama malah tertawa sejadi-jadinya. Berbeda dengan Ayra yang malah terlihat bingung kenapa Rama tertawa seperti itu.
"Lo kesambet, bang?" Tanya Ayra takut sambil memegang dahi Rama.
Dingin kok, nggak panas.
"Haduh, perut gue sakit. Lo kenapa sih lawak banget?" Ucap Rama yang kini mengusap air matanya karena tertawa yang berlebihan. "Lo lagi sakit, masih sempet-sempetnya mikirin bau kentut."
"Ish! Gue serius tau!" Ucap Ayra sambil memalingkan wajahnya dari Rama.
"Lo itu punya asam lambung, makanya makanan lo harus dijaga mulai sekarang. Nih, gue bawain lo overnight oats. Gue tau pasti lo bakal ngomel sama makanan rumah sakit."
"Mauu!" Ucap Ayra bersemangat, "Terus lo bawa apa lagi?"
"Aneka biskuit dan roti. Kata dokter lo harus sering makan. Nggak harus yang berat kok, yang ringan aja tapi intensitasnya sering." Rama mengeluarkan beberapa camilan bawaannya,
"Gue nggak tahu ya, rasanya enak atau nggak. Gue nggak bakat masak." Jawab Rama yang menyodorkan overnight oats di hadapan Ayra.
"Hmmm, looks so yummy. Thank you, bang!"
Rama tersenyum mendengar pujian Ayra. Baru pertama kali Rama menyentuh dapur untuk membuat suatu makanan demi seseorang.
Rama jadi memikirkan perkataan Kemal dan Della semalam. Maka, muncul lah ide untuk membuatkan overnight oats untuk Ayra. Semalaman Rama sibuk mencari resep dan tutorial di Youtube. Untung zaman sudah canggih, semua juga serba ada. Jadi Rama tidak perlu bingung.
Rama hanya mengikuti petuah mamanya.
Berawal dari perut, lalu naik ke hati.
Ia berharap jika makanan yang dibuat dengan kasih sayang, maka akan muncul rasa cinta usai nikmatnya menyantap makanan itu.
Ngarep dulu boleh, kan?
"Serius ini enak banget, bang! Udah lama banget gue nggak makan yang classic gini." Ayra menyantap dengan lahap. Bersih tanpa tersisa.
Rama tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya, ia hanya tertawa melihat tingkah Ayra. Ia mengusap puncak kepala Ayra gemas. Kemudian Rama membereskan barang bawaannya ke dalam kulkas.
"Bang? Bete!" Ayra mengeluh karena acara TV tidak membuatnya tertarik.
Rama hanya menengok sekilas ke arah Ayra yang sedang berbaring. "Terus gue harus apa, Ra? Jadi badut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomansaDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...