Ayra sudah sampai di Apartemennya dengan Rama yang sedari tadi memeluk pinggang Ayra erat, seolah memberi tahu semua orang yang melihat bahwa Ayra adalah miliknya.
"Ra ..." Rengek Rama saat lift sedang menuju lantai tempat Ayra tinggal.
"Hmm,"
Rama memajukan bibirnya, "Laper," ucap Rama sambil mengecup bahu Ayra sekilas. Beruntung saat ini lift dalam keadaan sepi.
"Nggak ada jatah makan!" Ayra menatap Rama kesal melalui pantulan cermin yang ada di dalam lift.
Rama menekuk wajahnya, "Serius marah sama gue, Ra?"
"Iya! Lo nyebelin! Tadi di lift jutek banget. Act like nothing happened padahal lima menit sebelumnya gue abis disosor!"
Rama tertawa terpingkal-pingkal hingga perutnya terasa keram. Sedangkan muka Ayra semakin kusut.
"Lo lucu banget sih! Jadi gemes mau gue bungkus." Ucap Rama sambil mencubit pipi Ayra gemas.
Ayra menggerutu, "Nasi rames kali dibungkus."
"Boleh ya masakin?" Mohon Rama dengan wajah melasnya.
"Nggak!"
"Ra, seminggu gue nggak makan enak, karena bukan masakan lo" Rama melipat wajahnya. Berharap Ayra luluh dengan cara ini.
"Terus, sebelum deket sama gue gimana? Masa iya selama ini makan nggak enak terus?" Cecar Ayra dengan wajah ketusnya.
"Makanan lo tuh tempting banget, Ra. Tiap lo update di Instagram ya gue jadi ikut makan menu yang sama tapi beda rasa." Jawab Rama dengan bibir mengerucut namun menggemaskan di mata Ayra.
Ayra memalingkan wajahnya, menatap Rama yang sedang merajuk seperti anak kecil. Ayra tersenyum penuh kemenangan. Badan doang gede, kalo sama gue manjanya keterlaluan.
Lalu dengan keberaniannya, Ayra mengecup bibir Rama sekilas.
Cup!
"Oke," Ayra langsung membalikan wajahnya dan menurunkan kepalanya. Ia yakin pasti mukanya sudah semerah kepiting rebus.
Rama terdiam, mencerna apa yang baru saja terjadi. "Wow," ucap Rama takjub, "Udah mulai berani ya. Lagi dong, Ra" Rama menyetarakan wajahnya dengan wajah Ayra.
Ting!
Ayra bersyukur karena suara dentingan lift membuat ia tidak perlu menuruti permintaan Rama. Ayra yang terlihat salah tingkah langsung berlari meninggalkan Rama yang berjalan mengikutinya.
Gila! Kenapa jiwa jablay gue jadi meronta-ronta begini? Ayra merutuki dirinya sendiri.
Setelah memasukkan passcode apartemennya, Ayra langsung berlari menuju kitchen island. Ia berharap Rama tidak menghampirinya saat ini.
"Masak apa?" Ayra terlonjak kaget saat mendengar Rama yang sudah ada di belakangnya.
"Jangan kaget gitu, babe. Emang gue setan?" Lanjut Rama yang sedang mengambil minuman di dalam kulkas. Rama sudah terbiasa berada di apartemen Ayra. Ia sudah menganggap seperti rumah sendiri.
"Gue mandi dulu, ya. Abis makan, baru kita bimbingan."
"Iyaaa,"
"Kok jutek?"
"Bodo amat!" Ucap Ayra tanpa menoleh ke arah Rama sedikit pun.
Rama hanya menggelengkan kepalanya. Ayra yang berinisiatif menciumnya, tanpa diminta. Tapi Ayra pula yang badmood dan sekarang semua kekesalan itu ditumpahkan pada Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomanceDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...