Sebelum meninggalkan Dufan, mereka memilih wahana Bianglala sebagai wahana penutupan. Wahana yang santai sekaligus bisa melihat keindahan sekitar yang menyuguhkan pemandangan laut. Gondola pertama dinaiki oleh Anin dan Bima. Gondola kedua dinaiki oleh Kemal dan Della. Dan yang terakhir, Rama dengan Ayra.
Rama dan Ayra sama-sama terdiam. Ayra seharian ini terus menampilkan senyum manisnya, seolah-olah lupa dengan masalah yang ada di hidupnya.
"Lo seneng banget ya, Ra?" Ucap Rama yang ikut tersenyum melihat Ayra bahagia.
"Banget! Thank you, ya bang!" Ayra menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Gue happy, kalau lo happy! Walaupun harga diri gue jatoh di depan kalian. Tapi gue menikmati kok." Rama terkekeh.
"Ih, nggak lah. Rahasia lo aman kok, kalau sama kita. Paling ya gitu, dibahas terus kalau lagi ngumpul."
Ayra tersenyum sambil menatap lurus ke arah laut. "Gue nggak pernah sebahagia ini loh ke Dufan. Dulu setiap gue mau naik wahana ekstrim, pasti selalu dilarang. Jadi yaa, gue ngga bisa all out. Happynya kayak terbatas aja gitu. Sekarang gue bebas mau naik wahana apa aja. Terus, ada yang mau nemenin gue." Ayra menatap Rama,
"Walaupun pake acara keringet dingin." Ayra tertawa.
Rama tersenyum salah tingkah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kalo emang dia cinta sama lo, seharusnya dia nggak ngebatasin ruang gerak lo, Ra." Rama tersenyum,
"Logikanya gini, lo cinta sama orang, lo mau orang itu bahagia, yaudah loosen aja. Seharusnya lo ngedukung apapun keputusannya, selagi itu bisa buat dia bahagia. Iya, nggak?"
Ayra memejamkan matanya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Iya. Gue baru sadar kalau selama ini gue ada dihubungan toxic." Ayra tersenyum nanar, "Sebenernya gue udah sadar sih, cuma gue tutup mata aja, saking bucinnya."
"Stop blaming your self, Ra. Please. I'm begging you."
Ayra hanya tertawa,
"Kok ketawa sih, Ra?" Rama mengernyitkan dahinya.
"Omongan lo tuh, mirip nyokap gue. Tua banget!"
Rama melipat mukanya dan mengerucutkan bibirnya. Ekspresi yang tidak pernah Rama perlihatkan sebelumnya.
"Eh jangan baper bang, gue bercanda."
Rama membenarkan posisi duduknya, "By the way, Ra. I need to tell you something." Rama menarik napasnya dalam-dalam.
Ayra ikut membenarkan posisi duduknya, ia ikut tegang karena melihat air muka Rama yang berubah. "Okay, I'm all ears. Kok gue jadi deg-degan sih. Elo nggak ada niat mau ngejatohin gue dari sini kan, bang?"
"Ck, Ayra! For once, lo bisa nggak sih, jangan ngerusak momen? Gue serius."
"Iya, iya. Maaf yaa, gue serius dengerin deh." Ayra menepuk halus punggung tangan Rama.
"Tentang love at first sight gue. Elo mau tahu nggak, orangnya siapa?"
Ayra mengedikkan bahunya, "Ya, kalau lo percaya dan mau cerita sama gue, ya why not? Kalau lo nggak mau cerita sama gue juga nggak masalah. Kan itu urusan lo, gue juga nggak mau ikut campur." Ayra tersenyum.
Rama menggenggam tangan Ayra erat, sekali lagi ia menghembuskan napasnya perlahan, "Orang itu ... "
"Qaeera Atthifa Hani," lanjut Rama
Ayra membelalakan mata sambil mengernyitkan dahinya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"
"Iya, elo. Emang lo nggak sadar?" Rama terkekeh melihat ekspresi terkejut Ayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomanceDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...