Rama masih bersantai di lobby dan memainkan ponselnya, sesekali ia melihat ke arah lift menunggu kedatangan Ayra.
Mengapa Rama lebih mirip seperti sopir ya?
Sebenarnya siapa sih di sini yang senior? Bisa-bisanya Rama mau saja dijadikan babu oleh juniornya.
Sumpah, harga diri Rama sebagai dosen, di depan Ayra benar-benar nyungsep. Bukan lagi jatuh.
Denting lift berbunyi. Muncul seorang gadis dengan wajah yang sudah berurai air mata. Rama langsung menghampiri perempuan yang sudah sempoyongan itu.
"Ra, lo kenapa lagi?" Rama panik. Melihat Ayra menangis seperti ini membuat dada Rama sesak. Rama paling tidak bisa melihat perempuan menangis.
"Bang.. hiks, cepetan bawa gue pergi dari sini, gue mau pulang, hiks." Ucap Ayra terisak dan badannya bergetar. Ia meremas tangan Rama kuat sarat ketakutan.
"Oke, kita pulang sekarang ya," Rama menuntun Ayra berjalan cepat.
Kemudian Rama membuka mobil Ayra, mereka sudah siap meninggalkan tempat ini.
"RA, TUNGGU!" Teriak seorang lelaki dari arah lobby menuju mobil Ayra.
"Bang, hiks, ayo cepetan!"
"Itu, cowok lo manggil, Ra," ucap Rama yang kebingungan.
"Bukan cowok gue lagi. Ayo, bang! Cepetan please." Ayra memaksa Rama untuk cepat-cepat meninggalkan Apartemen ini.
Rama pun hanya mengangguk menuruti permintaan Ayra. Rama hanya melihat dari spion bahwa cowok itu mengejar mobil Ayra dalam keadaan topless dan disusul wanita yang menggunakan oversize hoodie yang dapat menutupi tubuhnya sampai se atas lututnya.
Tanpa bertanya pada Ayra pun, Rama sudah bisa menebak situasi apa yang terjadi di atas sana.
Sepanjang perjalanan Ayra hanya terdiam, melemparkan pandangannya keluar jendela. Hanya ada suara radio yang mengisi keheningan di antara mereka berdua.
[now playing: Olivia Rodrigo - Traitor]
God, I wish that you had thought this through
Before I went and fell in love with you
(Ah-ah-ah)
When she's sleeping in the bed we made
Don't you dare forget about the wayYou betrayed me
'Cause I know that you'll never feel sorry
For the way I hurt, yeah
You'd talk to her
When we were together
You gave me your word
But that didn't matterIt took you two weeks
To go off and date her
Guess you didn't cheat
But you're still
You're still a traitor (ah-ah-ah)
Yeah, you're still a traitorOoh-ooh-ooh
God, I wish that you had thought this through
Before I went and fell in love with youAyra kembali terisak mendengar beberapa penggalan lirik lagunya. Relate sekali dengan kisah percintaannya saat ini.
"You okay?" Ucap Rama sambil menengok ke arah Ayra.
Ayra hanya terdiam.
"Lo kalau mau nangis, nangis aja Ra. Gue nggak akan denger kok. Gue pakai ini," Rama mengeluarkan AirPodsnya, dan memasang di kupingnya.
Tanpa basa-basi, tubuh Ayra yang sedari tadi menahan tangisan itu langsung bergetar hebat. Tangannya mendekap mulut, menahan isak tangisnya. Berulang kali ia memukul dadanya merasakan sesak yang teramat menyakitkan baginya.
Rama hanya melirik sekilas ke arah Ayra. Ia menatap nanar pada tubuh Ayra yang bergetar. Sesekali ia mengusap bahu Ayra untuk menenangkan. Perempuan itu terlihat begitu kesakitan. Siapapun yang melihat keadaan Ayra saat ini pasti akan merasakan kesakitan yang Ayra rasakan. Bagaimana bisa, dia disakiti mental dan fisiknya oleh orang yang paling dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever [COMPLETED]
RomanceDia yang kupercayai sebagai pemilik hati ini seutuhnya. Namun dia juga yang menghancurkanku hingga menjadi butiran debu. Melupakan memang takkan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada, menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu dia tahu ra...