Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang langsung ke kantin untuk menambah energi, sebagian lagi ke lapangan untuk bermain, dan sebagian terakhir ada yang tetap dikelas mereka untuk mendiskusikan tugas atau hanya sekedar mengobrol dengan topik teman mereka. Atau yang biasa kalian sebut sebagai meng- gibah.
"Arfa! Kebetulan aku mau ke kantin nih, kamu mau bareng nggak?" tanya seorang gadis menyusul langkah Arfa dan teman-temannya.
"Enggak, siapa bilang gue mau ke kantin?" tanya Arfa kembali dengan wajah datarnya.
"Loh, emangnya kamu nggak mau istirahat?" tanya gadis itu lagi.
"Iya. Tapi kan gue nggak harus ke kantin." balas Arfa singkat lalu pergi.
Sandra menepuk dahinya pelan. "oh iya, kenapa gue pake lupa sih kalau mereka punya tempat VIP." gerutunya.
"It's okay baby, next time you'll definitely win her over." ucap Bara lalu pergi menyusul Arfa.
"Fighting!" tambah Dyo memberikan semangat dan kepalan tangannya, pun pergi menyusul kedua sahabatnya. Diikuti Revan berjalan tanpa berkata apapun melewati Sandra.
Sebagai ibu dari donatur terbesar disekolah ini, Dinar Helena yaitu nenek Arfa meminta secara khusus pada pihak sekolah untuk menyediakan tempat VIP bagi The Perfect Boys untuk istirahat.
Dan akhirnya sebuah ruangan berbentuk persegi empat yang tak terlalu luas dimodifikasi menjadi sebuah basecamp.
Biasanya Arfa dan teman-temannya akan menelfon penjual kantin untuk memesan makanan atau minuman dan menyuruhnya mengantar ke tempat mereka. Jadi simpelnya mereka tidak perlu mengantri.
Tidak ada yang boleh memasuki tempat ini kecuali The Perfect Boys sendiri dan orang-orang yang memiliki kepentingan (seperti ibu kantin yang mengantar makanan dan cleaning service yang membersihkan).
Ya. Tak hanya itu, mereka juga sering mendapat kado yang murid-murid titipkan pada cleaning service yang sedang membersihkan untuk diletakkan di dalam basecamp.
"Bar, lo nggak bales chatnya Dinda ya?" tanya Dyo memecah keheningan diantara teman-temannya yang sedang bermain dengan ponselnya masing-masing.
"Dinda siapa? Yang mana?" tanya Bara kembali. Masih fokus dengan ponselnya.
"Dindaa.. Anaknya kepala polisi itu loh." jawab Dyo mulai gemas.
"Oh, he-em." angguk Bara enteng.
"Iya?! Nggak lo bales?!" Dyo memastikan namun suaranya sedikit meninggi.
"Iyaa!!" Bara mulai kesal karena konsentrasi nya pecah dan permainan yang sedang ia mainkan terpengaruh. "emang napa sih?!"
Dyo menarik nafas dalam. "Bara Lo tau nggak sih, bokapnya tuh cewek nelfonin gue mulu!!!" geramnya pada sahabatnya yang satu itu.
Bara mengernyitkan dahi lalu meletakkan ponselnya dimeja dan kini menatap Dyo. "kenapa?" tanyanya sok polos.
"Pakek tanya kenapa lagi. Nggak usah pura-pura bego deh, gue tau lo paham maksud gue!" kini Dyo yang kesal dan bersungut.
"Bukannya itu udah lama ya, kok masih aja sih tuh cewek ngejar-ngejar lo?" Tanya Arfa.
"Lama apaan, orang baru dua minggu yang lalu." gerutu Dyo. "eh Bar, gue ingetin sekali lagi ya sama lo. Kalau lo mau main cewek, silahkan. Tapi imbasnya jangan ke gue dong! Emang kenapa sih sama tuh cewek, kok lo tinggalin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Teen Fiction"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...