PILIHAN SULIT

130 12 8
                                    

Tiiiiittttt......

Kini benda kubus yang selalu menampilkan gambar seperti rumput berdasarkan detak jantung sang pasien itu hanya menampilkan satu garis lurus diiringi suara yang memekakkan telinga.

"MOMMYY!!"

Seketika ruangan itu dipenuhi teriakan dan tangisan dari tiga orang anak laki-laki yang usianya masih cukup belia. Mereka adalah ketiga anak laki-laki dari Adinda Naila Pradipta, atau yang lebih dikenal dengan nama Naila Adijaya.

Arka, anak sulung Naila kini menangis sembari mendekap sang adik bungsu didalam pelukannya. "Ssstt! It's okay. It's gonna be fine. Don't be cry Louis. I am here, I'll be stay with you." ucapnya berusaha menenangkan sang adik.

Arka melihat kesekeliling, mencari keberadaan sang ayah. Rupanya sosok itu masih belum datang. Setelah terakhir kali ia menelfon dan sang ayah bilang jika ia masih terjebak di bandara LA karena pesawat mengalami kemunduran keberangkatan yang yang disebabkan badai salju yang tak kunjung mereda, dan akhirnya membuat ia harus menunggu di bandara untuk beberapa jam mendatang.

"Please wake up Mom, don't leave me alone." Sang putra kedua tak henti-hentinya menangis sambil menggoyang-goyangkan lengan sang ibunda dengan harapan ibunya akan kembali membuka mata dan tersenyum seperti biasanya.

Merasa usahanya tak membuahkan hasil, anak itu lantas berteriak dan mulai menangis lebih kencang. "MOMMY WAKE UP!!" air matanya mengalir semakin deras membasahi pipi.

Seluruh orang yang ada disana kini tak bisa lagi membendung air mata mereka menatap ketiga anak itu. Anak-anak yang hari-harinya selalu dipenuhi canda tawa dan suka cita, kini harus menangis meratapi kepergian ibunya yang telah terbujur kaku dan tak berdaya.

Hilang sudah matahari yang selalu menyinari hidup mereka. Ketidakadaan sosok sang ayah ditengah tengah mereka saat ini membuat ketiganya semakin rapuh.

"Daddy where are you, I need your hands to hug me." ucap si sulung lirih yang kini memeluk kedua adiknya.

Hari itu adalah hari yang tak akan pernah terlupakan bagi ketiganya. Mungkin waktu bisa menghilangkan jejak air mata mereka, tetapi memori ingatan ketiganya akan senantiasa menyimpan rekaman kejadian dimana mereka menangisi ibunya tanpa kehadiran pundak sang ayah.

*****

"ZHAFRAAANN!!!" teriak Aira.

Pasalnya Aira telah menunggu di depan gerbang sekolah adiknya itu selama kurang lebih empat puluh menit. Jadi, begitu ia melihat adiknya berjalan dengan santainya kearah gerbang, maka Aira tidak bisa menahan untuk tidak berteriak.

Setelah melihat wajah Aira yang tengah bersungut, Zhafran segera berlari menuju Kakaknya dan memasuki mobil BMW 520i Luxury hitam yang dikendarai Aira.

Setelah melihat wajah Aira yang tengah bersungut, Zhafran segera berlari menuju Kakaknya dan memasuki mobil BMW 520i Luxury hitam yang dikendarai Aira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZATARFA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang