Hari ini tepat seminggu setelah kejadian patah tulang kaki Aira saat olimpiade waktu itu. Berkat perawatan intensif dari Dokter Hans, Aira sudah tidak lagi menggunakan kursi roda, melainkan hanya tongkat pembantu dan sudah di perbolehkan untuk terbang menggunakan pesawat ke Jakarta.
Aira pulang bersama dengan Evellyn dan Farah karena tiga hari yang lalu Revan, Bara, Dyo, Samuel, Zhafran, dan juga ayahnya pulang terlebih dahulu ke Jakarta.
Rasanya Aira sudah tidak sabar lagi untuk bertemu teman-temannya disana.
Setelah kurang lebih menempuh perjalanan 2 jam, akhirnya Aira sampai di Jakarta. Dan tanpa disangka ternyata Bara dan Dyo sudah menunggu mereka di luar.
Melihat keduanya disana, sontak Aira dan Evellyn saling adu pandang.
"I-itu Bara sama Dyo?" Tanya Evellyn. "Ngapain mereka disini?"
"Mana gue tau, udah ah ayo kesana!" jawab Aira lalu pergi menghampiri dua orang pria yang tengah berdiri disana.
"Hai Ra! Gimana, good flight?" Tanya Dyo
"Hmm" Aira mengangguk.
"Ya ampun, ini Bara sama Dyo yang jemput? Om Juna kemana?" Tanya Farah pada kedua pemuda didepannya.
"Hehehe iya Tante. Om Juna ada kok, ini kita berdua yang inisiatif aja bilang ke Om Juna mau jemput Aira." jelas Bara sambil menyeringai.
Sesampainya di rumah, mereka disambut dengan ayah Aira, Samuel, Zhafran, dan Revan yang tengah memakai celemek. Sepertinya mereka berempat habis memasak, entah apa yang mereka buat tapi aromanya semerbak ke seluruh rumah dan cukup menggiurkan.
Seketika suasana rumah Aira saat itu menjadi ramai sekali, melihat mereka memakai celemek saja sudah bagaikan mimpi disiang bolong yang menjadi kenyataan.
Semua orang bercanda dan tertawa, hingga tanpa sadar hari telah sore. Evellyn, Farah, Arjuna, dan juga Zhafran pergi mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Samuel, Bara, dan Dyo pulang.
Kini tersisa Aira dan Revan di lantai satu rumah Aira, namun saat ini Revan tengah sibuk sendiri dengan barang-barang di dapur, entah apa yang dia lakukan sejak tadi tak kunjung selesai.
Aira merasa bosan sendirian di depan tv, ia akhirnya memutuskan untuk beranjak pergi ke teras taman belakang rumahnya. Revan yang melihat Aira berjalan kebelakang seorang diri langsung bergegas mengikuti gadis itu.
Sesaat setelah Aira duduk di bangku teras belakang rumahnya, Revan datang dan duduk di kursi samping gadis itu.
"Kenapa Ra?" Tanya Revan lemah lembut.
"Nggak papa kok, gue cuma bosen aja didalem." Jawab Aira tersenyum hangat.
Revan pun mengangguk dengan sedikit tersenyum setelah mendengar jawaban Aira itu.
"Eee... Van, g-gue boleh tanya sesuatu nggak?" Tanya Aira sedikit gugup.
"Boleh, tanya apa?" Menengok menatap Aira masih dengan senyum manisnya.
"Eeee... Emmm... Arfa kemana? Dari sejak gue sadar di rumah sakit, gue nggak lihat dia sama sekali. Dia lagi marah sama gue?"
Revan terdiam cukup lama, seperti bingung dan tak tau harus menjawab apa pada pertanyaan yang dilontarkan Aira.
"Emm... Kita berdoa aja yaa, semoga urusan Arfa cepet selesai dan bisa balik lagi sama kita." ucap Revan tersenyum kembali menanggapi Aira.
Dan pada akhirnya Aira hanya tersenyum sekilas untuk membalas ucapan Revan.
*****
Besoknya, pagi-pagi sekali Bara sudah berada di rumah Aira untuk menjemputnya. Mereka berencana untuk berangkat ke sekolah bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZATARFA (On Going)
Teen Fiction"perihal masa putih abu-abu yang tak akan pernah terlupakan" ••••• Zunaira Linka Alivia. "Gue? Suka sama salah satu dari mereka? No way!!" ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• Zatarfa Cadfael Adijaya. "Gue bakal dapetin apapun yang gue mau, termasu...